Sudah selama itukah?
Hari ini, empat oktober. Tanggal yang tidak akan saya lupa sejak tujuh tahun silam. Tanggal yang selalu muncul ketika saya berkunjung ke sini. Ke kompasiana. Ya, tanggal empat oktober adalah tanggal saya menempati "rumah" bernama Kompasiana.
Di ulang tahun yang ke-7, sama seperti tahun sebelumnya, saya sempatkan untuk membuat tulisan tentang saya dan Kompasiana. Tentang apa yang sudah saya dapatkan sepanjang tujuh tahun bersama. Ehem.
Lebih dari 2500 hari kita lewati
Hari-hari sudah banyak kita habiskan. Selama lebih dari 2500 hari ternyata baru 843 tulisan (+1 dengan tulisan ini) terlahir di sini. Semuanya selamat, walau jika membaca dari semula sering membuat saya tertawa dan bertanya "kok bisa menulis seperti ini?"
Tulisannya pun bermacam-macam dari yang nonfiksi sampai fiksi. Dari persoalan kesehatan terutama gizi sampai soal hati. Hiya. Saya tipe penulis yang bisa diatur sesuai keinginan saya.
Kompasiana adalah saksi bahwa fiksi-fiksi saya tidak hanya mewakili satu hati. Tentang fiksi ini milik hati siapa? Saya dan Tuhan saja.
Ada banyak perjalanan yang sudah saya alami. Mulai yang awalnya dulu saya masih berstatus mahasiswa, sampai hari ini saya mempunyai mahasiswa. Perjalanan yang beberapa terekam baik kisahnya di Kompasiana. Saya jadikan tulisan.
Dari yang semula takut dilihat tulisannya, di tahun ke tujuh rupa-rupanya tulisan-tulisan saya bisa dilihat sampai satu juta lebih.
Itulah sedikit pencapaian yang bisa diukur, yang tidak bisa diukur jauh lebih banyak. Seperti pengalaman yang menyertai saya ketika sudah menjadi bagian dari Kompasiana. Seperti kebahagian mendapat teman baru, mendapatkan kesempatan yang sepertinya tidak mungkin, dan hal-hal lain yang melebihi materi yang terhitung. Kepuasan hati.
Tiga Kota, Tiga Komunitas
Berkat kompasiana, saya tidak pernah merasa sendiri di kota yang saya tinggali.
Selama tujuh tahun, sudah tiga kota yang saya tinggali untuk tujuan pendidikan. Ketiga kota tersebut adalah Semarang, Jogja, dan Purwakarta. Sepertinya sudah menjadi takdir, di tiga kota itu pula saya menemukan kompasiana lewat komunitasnya.
Tiga Komunitas: SemarKuTigaKom, KJogja, dan WargaKota.
Memang saya bukan kompasianer (julukan penulis kompasiana) yang aktif dalam kegiatan komunitas tersebut. Hanya saja saya tetap merasa beruntung karena membuat saya merasa selalu ada teman di kota baru yang saya tinggali. Dari tiga, dua komunitas masih ada nama saya tergabung di dalamya.
Ya, ini memang sudah Tuhan gariskan.
Jika tujuh tahun yang lalu saya tidak bergabung di Kompasiana, ceritanya tidak akan seperti ini. Seperti apa saya juga tidak bisa membayangkan.
Apakah semua yang terjadi sepanjang tujuh tahun ini adalah kebetulan? Tentu tidak. Tidak ada namanya kebetulan, yang ada adalah kemungkinan hal itu bisa terjadi kecil tapi ternyata itu yang terjadi.
Terima kasih, Kompasiana dan juga seluruh penghuni di dalamnya. Meski harus saya akui bahwa saya tidak serajin dulu bahkan sekadar untuk membaca, tetapi saya tidak pernah lupa "rumah" yang sudah memberikan saya banyak "kenyamanan"
Setidaknya saya selalu berusaha untuk tetap menulis di sini, walau hanya beberapa kata. Tidak apa-apa saya jadi saksi yang datang dan pergi, yang penting saya tetap tinggal. Ehem.
Rasanya masih sama. Rasanya masih membuat hidup saya tidak tenang jika tidak menulis lama-lama. Menyebalkan tetapi saya butuh rasa itu tetap ada. Sebab artinya saya masih secinta itu dengan rumah "Kompasiana"
Selamat yang ke-7, KITA!
Selamat ulang tahun kelahiranmu, nanti.
Salam,
Listhia H. Rahman
