Sewaktu itu saya belum mengenal siapa-siapa. Seperti alien yang turun dari bumi atau bahkan menjadi lebih asing dari nasib dua orang yang nyaris menjadi kekasih tetapi tiba-tiba tidak saling kontak secara mendadak. Eh.
Kembali ke fokus~
Opa adalah kompasianer pertama yang memberi saya rambu-rambu. Memberi tahu saya bahwa ternyata tulisan saya berkesempatan menjadi Headline (Artikel Utama) dan mengatakan "salam kenal" kepada saya yang awam. Ingat tidak Opa?
Tidak hanya Opa, pun Oma yang menjadi istri Opa, Roselina Tjiptadinata juga sama-sama rajinnya.
Tidak hanya menulis tetapi juga membaca artikel dan meninggalkan komentar di tulisan para kompasianer. Sepasang kompasianer yang dari tulisan saja sudah terlihat keromantisannya.
Sejak pertemuan itu cerita baru di mulai.
Saya beruntung, di Kompasianival tahun 2015, di tahun pertama saya mengikuti ajang kopi darat Kompasiana, saya bertemu Opa dan Oma secara langsung. Seingat saya memang tidak banyak percakapan yang terjadi di antara kami.
Saya yang masih kaget dengan suasana kopdar dan Opa yang mungkin tidak kalah kaget dengan pertanyaan semacam, "ooo, Listhia ternyata seperti ini?" di hatinya. HAHA.
Keberuntungan yang lain, di saat itu secara tidak direncanakan ternyata saya dan Opa juga Oma duduk di meja yang sama. Sebuah meja yang seistimewa pertemuan kami. Presiden sendiri saksinya.
Saya, Opa dan Oma duduk bersama di Istana negara. Itu momen yang tidak akan saya lupa, pasti. Terlalu istimewa.