Emang kita pernah kenal? #mendadakmnesia
Sebagai sebuah momen bahagia, pernikahan pasti menjadi hal yang ingin kamu kabarkan kepada orang-orang yang kamu kenal, terkecuali si dia yang sudah pernah bersamamu tetapi sudah berlalu. Dia yang kamu sebut mantan.
Meski nasib mantan tidak bisa disamakan, sih. Sebab bisa jadi memang banyak yang memilih untuk tidak mengundang atau bahkan memberi tahu saja tidak karena sudah tidak ada komunikasi sama sekali. Namun disisi lain masih ada sisa sebagian kecil yang dengan suka hati tetap memberitahu alias tidak benar-benar melupakan. Jadi memang jangan berkecil hati, karena siapa tahu kamu --yang sudah menjadi mantan-- masih diizinkan untuk datang (agar kamu menyesal sudah meninggalkan). HAHA.
Namun kebanyakan cerita yang saya dapat (juga alami sendiri) adalah yang pertama, tidak diundang. Dengan alasan yang cuma si pemberi undangan yang tahu atau memang ya sudah dilupakan. Gausah jadi ngerasa penting bats dah.
Perlukah Mengundang Mantan untuk Datang ke Pernikahan?
Jika pertanyaan itu untuk saya sendiri, maka jawabannya adalah tergantung. Bisa jadi mengundang, bisa juga bodo amat.
Toh, itu juga perlakuan yang pernah saya dapat. Ada yang masih berani secara terang-terangan meminta untuk datang, ada juga yang sudah benar-benar seperti orang asing--padahal pernah meng-amin-kan doa yang sama. Halah.
Nah untukmu yang akan menikah, barangkali pertimbangan-pertimbangan ini bisa jadi masukanmu sebelum benar-benar memutuskan untuk mengundang atau tidak perlu.
#TimUndang, Tidak Ada Salahnya
Mengundang mantan bukan sebuah kesalahan kok. Tidak juga akan diartikan sebagai kamu yang belum move on dari masa lalu.
Mengundang mantan bisa jadi senjata terbaik dan paling elegan untuk mengatakan secara tidak langsung bahwa kamu sudah mampu bahagia.
Ya, meski dalam sudut pandang si mantan cara ini bisa dianggap sebaliknya, menjadi jahat dan begitu tega. Apalagi jika kamu yang lebih dahulu dan dia masih begitu-begitu saja.
Kalau kasusnya seperti ini, undangan pernikahan bagi si mantan bisa diartikan sebagai pembuktian bahwa kamulah juaranya mencari pengganti sedang dia (akan mungkin) merasa tertinggal jauh melangkah.