"Udah tanggal ganjil nih, tulisan kamu mana?"
Eh. Ganti bulan, ganti juga aturan yang saya buat. Kalau bulan Januari lalu saya sempat berikrar untuk menulis ditiap tanggal yang tidak habis dibagi dua alias ganjil, di bulan yang kedua ini saya memutuskan untuk mengalihkan ditanggal sebaliknya, genap: seperti sekarang. Biar bervariasi! HAHA.
Mumpung bahas soal menulis --saya memang sengaja menggiringnya---pada tulisan kali ini saya jadi tertarik untuk membahas soal dunia kata-kata lagi. Seperti biasanya, soal tulis menulis memang tidak akan habis-habisnya meski terus digali, yang ada justru banyak temuan yang bisa dijadikan bahan semacam tak henti-hentinya menemukan harta karun. #apasih
Menulis itu Candu
Saya mungkin sudah berkali-kali mengakuinya. Namun, saya juga tak bosan untuk mengatakan dan lagi-lagi membahasnya,lagi.
Saya tidak pernah membayangkan, semenjak mulai menulis ternyata saya bisa sampai punya perasaan yang demikian: jatuh cinta yang teramat, sampai-sampai ada rasa sakit hati ketika saya lalu lupa tidak menulis.
Ibarat kekasih yang tidak ingin ditinggal sendiri, saya pun takut kehilangan (maksudnya : lupa caranya menulis lagi) ketika saya memberi jarak yang terlampau, jadi jauh. Mungkin saya yang terlalu baper, sampai-sampai tulisan saja saya bisa sebegini payahnya, atau kamu juga? #caritemen
Ya, menulis ternyata begitu berdampak luar biasa. Candu yang tidak saya sesali, justru sesal jika saya tidak pernah melakukan.
...tapi Menyiksa
dan cukup menyakitkan. Di bagian mananya?
Di bagian ketika ide-ide menulis itu dengan lantangnya bermunculan tanpa komando. Pintarnya lagi, ide itu sering menutut untuk ditulis saat saya tidak siap apa-apa, membuat sesak di pikiran.
Ide memang suka begitu, suka datang dari mana saja dan kapan saja, semaunya. Saat menunggu lampu merah menjadi hijau, saat berjalan menemui dosen pembimbing, saat mendengarkan musik yang padahal entah dari mana asalnya, saat mengerjakan tugas yang dikejar deadline bahkan saat tidak ada yang ingin saya pikirkan ,saat-saat itu adalah contoh waktu dimana ide bisa datang mengajak bercakap.
Menyenangkan, sih. Sebab dari situ saya percaya dan menjadi tidak takut untuk kehabisan ide.
Walau bagian yang saya tidak suka juga ada yaitu ketika saya tidak sengaja mendiamkan ide untuk menunggu. Pasalnya dia malah suka memilih meluber, lalu terbuang begitu saja. Hiks. Keadaan itu sering kali jadi menyiksa.Ide yang terbaik memang tidak cukup hanya dipikirkan, tetapi lebih baik juga dituliskan.
Meski menyiksa, nyatanya saya tidak lalu membenci apalagi mendendam. Sebaliknya, dengan caranya muncul saya mencoba untuk terus jatuh cinta, berkali-kali.
Terima kasih sudah sering bercanda,ide-ide tulisan! Smoga kita bisa bekerja sama, tidak pandang itu ditanggal yang genap atau ganjil.
Salam,
Listhia H Rahman