Pikiranku yang justru malah jadi menyayangkannya, apalagi naluri sebagai anak kos, bukankah enakan dibuat tumpeng atau burjo? Mubazir. Tapi aku pun tidak ada niat memungutinya juga sih.
***
Hari ini hari jumat, dua hari setelah "bersih-bersih” itu, Mbak Dinda mulai bertindak lagi dengan membuat aksi nyata. Ya, karena ia memang tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan Ibu Kos kemarin.
Dia mengabarkan pada semua penghuni kos, bahwa temannya akan datang malam ini untuk membantu menyelesaikan masalah gaib yang ada. Lagi-lagi, Mbak Dinda ini memang orang yang nekat, tindakannya ini bahkan tidak diketahui oleh Ibu Kos. Diam-diam.
"Gampanglah dek, ntar mbak yang ngadepin", begitu respon yang dia berikan ketika aku bertanya perihal perijinan itu.
"Dek..ntar rencananya temen Mbak mau ruqyah"
"Duh, aku latihan sampai malam nih mbak", jawabku tanpa banyak berpikir karena dengar ruqyah aja udah takut.Jujur aku memang tidak mau dan akan sengaja akan pulang disaat mereka selesai saja. Membayangkannyan adegan di televisi yang sampai menjerit-jerit, seperti kesakitan saja aku sudah ngeri.
Kali ini, aku tidak mau beralasan tidak latihan. Titik.
***
Aku lupa, malam ini ternyata Mita juga akan datang ke kosku. Dia berencana akan pindah ke tempatku karena kebetulan --mungkin dikarena adanya kejadian soal gaib ini-- satu kamar jadi kosong. Tapi aku tak pernah mengatakan soal ini, biar saja nanti setelah semua sudah baik.
Pukul sembilan Mita akan datang ke kosku dan karena itu maka aku harus segera ijin pulang latihan dulu dengan ditemain rintik hujan yang datang di tengah jalan.