Batik adalah salah satu seni khas dari Indonesia. Hampir setiap wilayah di Indonesia mempunyai ciri khas batik. Contohnya saja yang terkenal batik Pekalongan, Yogyakarta dan Solo.Â
Batik memiliki berbagai macam corak yang khas sesuai dengan daerah masing-masing tempat asal Batik tersebut. Untuk cara pembuatannya, batik ada beberapa cara ada dengan cara printing atau lukis. Bagaimana dengan batik seduh? Sudahkah Anda pernah mendengar istilah batik seduh? Batik yang seharusnya dilukis dengan canting kenapa jadi diseduh?
Batik seduh, begitulah istilah yang diciptakan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNNES 2019 di Desa Tening. Bukankah istilah seduh seharusnya cocok dengan hal yang berhubungan dengan minuman, contohnya menyeduh kopi atau teh?
Batik seduh merupakan istilah baru yang diciptakan KKN Unnes  2019 di desa Tening untuk menamakan sebuah metode pewarnaan batik menggunakan bahan utama terbuat dari kopi asli atau ampas kopi. Kegiatan sosialisasi pewarnaan batik seduh yang diikuti oleh ibu-ibu PKK desa Tening diadakan pada hari Minggu (20/10/19).
Cara pembuatan pewarna alami kopi ini adalah kopi dimasukkan pada air mendidih kemudian air mendidih yang berisi kopi itu ditambahkan cuka beberapa sendok. Gunanya cuka dalam pembuatan kopi tersebut adalah untuk mengikat warna agar nanti ketika kain yang telah diwarnai menggunakan pewarna kopi tidak mudah luntur.
Sebelum melakukan pewarnaan, sediakan kain terlebih dahulu. Kemudian kain itu dibuat motif menggunakan batu seperti pewarnaan pada batik jumput. Pewarnaan ini juga biasa disebut sibori.
Proses berikutnya adalah melepaskan ikatan kain tersebut, sehingga motif telah terbentuk lalu jemur kain di tempat yang tidak terkena langsung cahaya matahari.
Kegiatan tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan potensi utama desa Tening yang berupa kopi.Â
"Dengan kegiatan pewarnaan ini, ibu-ibu PKK di desa Tening sangat antusias dan ingin mencoba sendiri dilain waktu" menurut Afifah selaku penanggung jawab kegiatan pewarnaan batik seduh ini.