Mohon tunggu...
LISDA LISTIANA DEWI
LISDA LISTIANA DEWI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Saya sedang menempuh pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Introvert Itu Bukan Pilihan

18 Oktober 2023   11:20 Diperbarui: 18 Oktober 2023   11:29 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Penjelasan lengkap definisi introvert dari sejarah hingga ciri-ciri orangnya. (Freepik/Storyset)


              Aku terlahir sebagai seorang yang introvert. Menjadi seorang yang pendiam, pemalu, dingin dan penakut itu sangat menyakitkan, terlebih lagi saat kita susah mendapatkan teman dan kebanyakan orang akan menjauhi kita dan terkesan selalu dibully di lingkungan, Namaku Nina Ayu Setyaningsih tetapi kebanyakan orang memanggilku Nikil (Nina item dekil). Memang benar aku tidak memiliki wajah yang cantik dan aku memakai kaca mata dan selain itu aku tidak pandai berdandan namun mengapa semua orang memanggilku seperti itu? Apakah sebutan itu layak untuk memanggil seseorang?. Terkadang aku selalu bertanya-tanya mengapa semua ini harus terjadi padaku tetapi aku sadar mereka seperti itu karena aku kurang bergaul dan sering menyendiri.

       Semenjak aku masuk SMP ini pun aku masih susah mendapatkan teman justru di SMP ini aku sering mendapatkan perilaku yang tidak baik dari teman sekelasku aku sering dikucilkan saat kerja kelompok dan mereka sering berbisik tentangku, mengejek dan selalu memakai kata-kata kasar untuk menyakitiku Namun aku takut untuk melawannya, karena mereka adalah satu geng kelas berjumlah  4 orang dan ketua mereka bernama dilla, aku sangat membenci nama itu sangat membencinya. Mereka memang anak yang cantik, berkulit putih dan pandai berdandan. Namun sayang, ia sangat minim atitude dan sifat nya itu loh, iya kalau memang mereka nggak suka sama aku yaudah lah jangan bicarain aku di belakang juga.


Tiba-tiba saat pulang sekolah dilla menabrakku.


“Aww” aku terjatuh dengan bukuku yang berserakan di lantai


“ Makanya kalau jalan hati-hati, Jalan tuh pake mata” Bentak Dilla sambil tertawa.

       Kemudian teman-teman dilla justru menginjak nginjak bukuku tanpa rasa bersalah sedikit pun, disana aku hanya bisa menangis dan berusaha mengambil buku buku yang mereka injak namun  tanganku juga ikut mereka injak sampai tanganku memerah kemudian pergi begitu saja. Padahal Banyak teman-teman lain dikelas namun mereka hanya bisa menonton dan tidak mau membantuku karena mereka sudah terbiasa melihatku diperlakukan seperti itu oleh Dilla dan teman temannya.


       Aku terdiam sendiri dan terus menangis di kelas sampai hari semakin sore tanpa kusadari hari sudah gelap aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Di malam ini di bawah rintikan air hujan aku terus berjalan menyusuri jalan yang berlubang. Jalan itu seperti hatiku saat ini yang terlihat keras dan kokoh di luarnya namun ketika jalan itu terus menerus dihantam oleh tetesan hujan, lambat laun juga akan terkikis. Aku terlihat seperti gadis yang berjalan tanpa tahu arah dan harapan. Sangat sulit untuk bangkit, aku ingin seperti mereka aku ingin memiliki teman namun apakah semua itu bisa?


       Di malam itu aku mencoba membicarakan hal yang kurasakan selama ini kepada ibuku dan ia mengatakan  “jika kamu tidak berusaha untuk terbuka sampai kapan pun kamu akan tetap seperti ini, tidak memiliki teman. Karena sejatinya manusia itu adalah makhluk sosial bukan makhluk individu jadi dimanpun kita berada pasti memerlukan bantuan dari orang lain. Walaupun semua berat tetapi bukan berarti hal itu tidak mungkin dilakukan, Ibu percaya kamu bisa Nina”
Entah apa yang aku pikirkan saat itu aku tidak tahu tapi terbesit di pikiranku untuk berubah dan berusaha menjadi pribadi yang lebih terbuka. Aku tahu semua itu bisa diubah tapi karena rasa takut yang selalu menyelimuti pikiranku aku enggan melangkah maju, Mungkin mereka menjauh bukan karena mereka tidak suka terhadapku tetapi karena diriku sendirilah yang membangun benteng penghalang sehingga mereka takut untuk mendekatiku.


       Disisi lain aku terus mencoba untuk membuka diri dan hal itu pula yang membuat nilaiku semakin meningkat dan aku mencoba mengikuti organisasi di sekolah Untuk menambah teman dan pengalaman. Ternyata memiliki banyak teman itu sangat menyenangkan dan bisa belajar banyak hal yang sebelumnya tidak aku mengerti. Dengan mengikuti organisasi aku mulai berani berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Disitulah awal aku merasa dunia ini tidak terlalu buruk, dunia yang kupikir hanya ada kegelapan dan kesuraman ternyata justru banyak keindahan.


       Menjadi pendiam dan introvert itu bukanlah suatu pilihan, terkadang peristiwa tertentu atau trauma akan masa lalu bisa saja menjadi faktor penyebabnya. Namun bukan berarti menjadi seorang introvert itu lemah atau pun tidak berguna mungkin introvert hanya memerlukan keterbukaan dan sosialisasi saja. Dan saat introvert tersakiti karena ucapan maupun tindakan bukan berarti dia bodoh karena tidak mau melawan justru hal itu bisa menjadikan introvert kuat. Jadi jangan pernah merasa malu jika kita introvert namun  kita juga harus berusaha menjadi pribadi yang terbuka, walaupun itu sulit tetapi kita harus tetap optimis bahwa introvert berlebihan itu tidak baik dan harus ada keterbukaan karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain untuk terus bertahan hidup. Kuncinya tetap semangat dalam menjalani hidup

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun