Mohon tunggu...
Lisa SaputriSinggih
Lisa SaputriSinggih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lulusan matematika yang tertarik pada bidang analis.

Lulusan matematika yang tertarik pada bidang analis.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Capaian dan Tantangan Ekspor Produk Pertanian Indonesia

22 Mei 2019   22:30 Diperbarui: 22 Mei 2019   22:58 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam beberapa tahun terakhir, ekspor pertanian telah mengalami peningkatan dan inflasi bahan makanan menurun. Hal ini berarti produksi pangan di Indonesia meningkat. Indonesia bahkan memperoleh apresiasi dari beberapa negara seperti Argentina. Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian juga mengapresiasi keberhasilan Indonesia dalam perkembangan sektor pertanian dan meminta Indonesia untuk menjadi panutan bagi negara lain. Namun tentu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk beberapa waktu ke depan.

Sejak dulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, namun masihkah gelar tersebut layak disandang untuk saat ini? Saat ini perbandingan antara jumlah lahan dengan jumlah manusia di Indonesia adalah 0,2. Artinya, terdapat 0,2 hektar lahan per orang. Lahan ini sendiri tidak hanya digunakan untuk pertanian tapi juga untuk berkebun bahkan berternak. Rasio ini juga semakin menurun yang artinya luas lahan yang tersedia semakin mengecil. Dengan semakin kecilnya lahan, mungkinkah untuk terus meningkatkan ekspor?

Selain lahan yang semakin kecil, perlu dipertimbangkan juga faktor- faktor eksternal yang diperlukan dalam bidang pertanian. Misalnya air bersih yang dibutuhkan dari proses menanam padi sampai nantinya dia menjadi beras yang siap diekspor, pupuk untuk memastikan hasil pertanian memiliki kualitas yang mumpuni, bea ekspor yang diperlukan untuk mengekpor produk pertanian tersebut, serta banyak faktor lain. Apakah biaya yang dikeluarkan lebih minimal daripada harga ekspor yang diperoleh? Lalu dapatkah sumber air bersih mengalami kekurangan saat terus menerus digunakan untuk pertanian demi meningkatkan kuantitas ekspor?

Selain itu, semakin banyak pula masyarakat desa yang berprofesi sebagai petani berpindah ke kota untuk memiliki profesi yang lain. Hal ini juga perlu menjadi perhatian untuk masa yang akan datang. 

Bagaimana jika di masa depan, meskipun tersedia lahan dan faktor eksternal lain namun tidak ada profesi petani? Akan percuma saja jika hanya dipersiapkan sumber daya alamnya namun tidak dipersiapkan sumber daya manusianya. 

Sebagian besar anak muda di zaman sekarang tidak memiliki minat untuk berprofesi sebagai petani ataupun sebagai petani modern. Mereka lebih memilih bekerja di kota- kota besar sebagai pegawai kantoran. Beberapa hal ini dapat dianggap sebagai pengingat untuk terus memajukan pertanian di Indonesia. Ketersediaan lahan, faktor- faktor eksternal, dan juga sumber daya manusia perlu diperhatikan supaya selalu tersedia dan saling melengkapi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun