Mohon tunggu...
Lisa Oktaviasari
Lisa Oktaviasari Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya Lisa Oktavia Sari, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2024. Saya berasal dari sekolha reguler, saya memiliki beberapa hobi yaitu mendengar musik, menonton film/drama, memasak/baking, merajut, badminton.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Metode dan Pendekatan Dakwah

18 Oktober 2025   22:23 Diperbarui: 18 Oktober 2025   22:23 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setelah melakukan presentasi di kelas tentang Metode dan Pendekatan Dakwah, saya jadi lebih memahami bahwa ilmu dalam Islam bukan sekadar sesuatu yang dipelajari di ruang kuliah. Ilmu itu hidup ketika diamalkan. Saya merasa bahwa belajar dakwah tidak hanya tentang bagaimana menyampaikan pesan agama, tetapi juga bagaimana menghidupkan nilai-nilai keilmuan dalam setiap tindakan sehari-hari. 

Presentasi kami membahas tentang bagaimana metode dakwah berkembang dari masa Rasulullah hingga era digital sekarang. Dakwah ternyata bukan sekadar ceramah atau khutbah, tetapi proses ilmiah dan filosofis untuk mengajak manusia menuju kebenaran dengan hikmah (kebijaksanaan), mau'izah hasanah (nasihat yang baik), dan mujadalah (dialog yang santun).
Rasulullah SAW menjadi teladan utama bagaimana ilmu dan iman berpadu dalam menyampaikan pesan kebenaran. Beliau berdakwah dengan memahami kondisi masyarakat dan mengedepankan akhlak. 

Di masa Khulafaur Rasyidin, dakwah berkembang dalam bentuk penegakan keadilan sosial dan pembentukan pemerintahan yang berlandaskan ilmu. Pada era Abbasiyah, dakwah semakin ilmiah dan rasional; muncul para filsuf seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina yang menggabungkan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai Islam. Mereka menunjukkan bahwa mengembangkan ilmu adalah bagian dari dakwah --- karena ilmu yang membawa manusia lebih dekat kepada Allah adalah ilmu yang sejati.

Ketika memasuki era kontemporer, dakwah mengalami transformasi besar. Perkembangan teknologi menjadikan dakwah hadir di ruang digital seperti YouTube, Instagram, dan TikTok. Pendekatan ini menunjukkan bahwa ilmu harus terus dikembangkan agar tetap relevan dengan zaman. Mengamalkan ilmu di era ini berarti menggunakan teknologi sebagai sarana kebaikan dan pencerahan, bukan sekadar hiburan.

Dari materi dan diskusi kelas ini, saya belajar bahwa dalam pandangan Islam, menuntut ilmu adalah ibadah, dan mengamalkannya adalah bukti nyata keimanan. Ilmu tidak boleh berhenti di kepala, tapi harus turun ke hati dan perbuatan. Dakwah yang sejati bukan hanya berbicara tentang agama, tetapi juga tentang bagaimana kita menggunakan pengetahuan untuk membawa manfaat bagi sesama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun