Mohon tunggu...
Lisa Puspa Karmila
Lisa Puspa Karmila Mohon Tunggu... Universitas Indonesia

Bidan yang kadang menulis, kadang bercerita. Tidak selalu menulis, tapi percaya setiap tulisan bisa jadi ruang berbagi pengalaman dan ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Prestasi Kampus Tak Selalu Seindah Nasib Lulusan

8 Oktober 2025   20:21 Diperbarui: 8 Oktober 2025   20:21 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang sedang melakukan wawancara (Sumber: Pexels.com)

Realitanya, gelar dari universitas bergengsi tidak otomatis menjamin pekerjaan. Dunia kerja kini menuntut lebih dari sekadar ijazah yakni ada keterampilan yang jarang disentuh di ruang kuliah: komunikasi, manajemen emosi, berpikir kritis, hingga adaptasi terhadap teknologi digital. 

Ekspektasi Sosial dan Luka Setelah Wisuda

Di sisi lain, tekanan datang bukan hanya dari dunia kerja, tapi juga dari ekspektasi sosial.
Bagi sebagian orang tua, anak yang diterima di universitas ternama mungkin dianggap sudah "menang" dalam hidup. Namun perjalanan sebenarnya baru dimulai. 

Tidak sedikit alumni yang akhirnya merasa malu membicarakan status mereka setelah lulus.
"Kalau teman-teman sudah kerja, sedangkan aku masih kirim lamaran, rasanya seperti kalah," ujar seorang teman saya, sesama alumni universitas besar, yang hingga kini masih berjuang mencari pekerjaan tetap.
Kegagalan bukan karena malas, tapi karena sistem yang belum siap menampung semangat muda yang mereka bawa.

Gap Antara Ekspektasi dan Kenyataan

Narasi "kampus top = sukses otomatis" sepertinya sudah usang. Kisah Andini mencerminkan bahwa nama kampus saja tidak cukup:

"Jangankan dapat kerja, email lamaran kerja dibalas saja tidak."

Harapan orang tua dan masyarakat akan lulusan universitas ternama sering terlalu tinggi bahkan sebelum wisuda. Ketika realita menunjukkan bahwa lulusan butuh waktu berbulan-bulan mencari pekerjaan dan menerima penolakan, muncul perasaan gagal. 

Menutup dengan Harapan

Ranking bisa naik setiap tahun, tapi kesejahteraan alumni seharusnya ikut naik juga.
Di luar angka-angka dan prestasi internasional, ada wajah-wajah muda yang sedang berjuang --- yang dulu percaya bahwa pendidikan tinggi adalah tiket menuju masa depan.

Pada akhirnya, kebanggaan universitas tidak diukur dari posisinya di peringkat dunia, melainkan dari bagaimana alumninya berdiri di dunia nyata: tangguh, berdaya, dan tidak merasa ditinggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun