Beberapa tahun terakhir, rokok elektrik atau yang lebih dikenal dengan vape jadi tren di kalangan anak muda. Banyak yang percaya kalau vape lebih aman dibanding rokok biasa. Alasannya? Katanya vape tidak membakar tembakau, hanya menghasilkan uap, dan bahkan ada varian bebas nikotin.
Tapi, apakah benar begitu?
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di PubMed (Palamidas et al.) justru menunjukkan hal sebaliknya. Hanya dengan penggunaan jangka pendek, rokok elektrik sudah memberikan dampak negatif pada kesehatan paru dan tubuh.
Â
Apa Itu Rokok Elektrik (Vape)?
Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan (liquid) yang berisi nikotin, perasa (flavour), propilen glikol, gliserin, serta berbagai zat kimia lainnya. Cairan ini kemudian berubah menjadi aerosol (sering disebut "uap"), yang kemudian dihirup pengguna.
Karena tidak ada proses pembakaran tembakau, banyak orang mengira vape lebih aman. Padahal, justru kandungan nikotin dan bahan kimia tambahan dalam aerosol itulah yang bisa merusak kesehatan.
Fakta dari Penelitian Palamidas dkk.
Penelitian ini mengamati efek pemakaian rokok elektrik jangka pendek pada orang dengan kondisi berbeda: penderita asma, penderita COPD (penyakit paru obstruktif kronik), perokok sehat, dan bahkan orang yang sama sekali tidak pernah merokok.
Metode yang dipakai cukup detail: mereka menilai gejala pernapasan, detak jantung, kadar oksigen darah, fungsi paru (airway resistance/Raw dan specific airway conductance/sGaw), hingga pola napas.Â
Hasil yang ditemukan cukup mengejutkan: