Mohon tunggu...
Callmelio
Callmelio Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Pelita Harapan.

Saya adalah mahasiswa yang rajin dan gemar menabung. Menabung tulisan lebih tepatnya. Selamat datang di Callmelio ^_^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Et Couvrus

15 Maret 2021   09:11 Diperbarui: 15 Maret 2021   09:15 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Et Couvrus"

"Halo apa kamu masih ada di sana? Halo... Halo..."

"Siapa kamu?"

"Aku adalah kau... KAU!!!"

"Ghaaaa..., aku kenapa? Ini dimana? Kenapa sangat gelap? Uhk mimpi buruk itu lagi yah," aku mendesah panjang sembari menarik selimut merahku, jika sudah bermimpi aneh aku akan terbangun dan akan melewati malam yang panjang biasanya dengan segelas coklat dan bakso goreng kesukaanku.

Malas rasanya bergerak dari ranjang ini, tapi demi coklat panas gunung sinabung pun bakal aku jalani. Bercanda.
Aku menurunkan kakiku dan berjalan tanpa cahaya karena aku malas menyalakan lampu dan sensitif terhadap cahaya.
Kamarku berada di lorong dan harus menuruni tangga untuk keruang tengah lalu kekiri untuk kedapur. Saat menuruni tangga aku merasa ada yang memanggilku, dan itu terus menerus, namun kuabaikan.

"Reina... Dimana kamu?"

Suara itu semakin jelas dan semakin menyedihkan kedengarannya, jantungku serasa hampir copot ketika aku melihat sosok wanita paruh baya dengan pisau tertancap diperutnya dan lebih menyeramkan lagi, dia hamil dan kakinya dibaluti darah segar. Dari sela-sela roknya tergantung janin bayi prematur tanpa mata,mulut dan hidung. Aneh, aku ketakutan dan kakiku tidak berhenti menuruni tangga.

Saat di hadapanku, wanita itu menghilang namun tangisannya masih bergaung diseluruh ruangan rumah ini.
Aku menelusuri ruang tengah untuk menemukan pintu dapur dalam suasana gelap ini, saat melewati ruang TV, aku terkejut melihat sosok pria tua dengan pensil alis yang tertancap dimatanya, namun entah kenapa ia masih diam dengan koran ditangannya.

Lagi-lagi kaki ku bergerak sendiri, ingin aku berteriak namun tidak bisa, aku seperti robot tanpa remote, aku mulai menangis dan tidak tahu karena apa.

Sesampainya di ambang pintu dapur, aku melihat kulkas, seperti melewati jurang lalu menemukan emas hatiku rasanya sangat senang. Segera aku berlari dan mengambil coklat panas dan bakso goreng dari meja yang terletak di samping kulkas, menutup mata lalu berlari kekamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun