Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membantu Stabilitas Harga Pangan dari Lahan Kosong di Sekitar Kita

13 April 2018   23:52 Diperbarui: 14 April 2018   00:12 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanam Bahan Pangan di Sekitar Rumah (dok. pribadi)

Menariknya, banyak pula tetangga di sekitar saya yang masih memelihara ternak seperti dari sapi, kambing dan ayam kampung. Sapi-sapi milik tetangga ditempatkan di kandang bersama yang cukup jauh dari pemukiman warga sehingga tidak mengganggu sirkulasi udara.

Untuk menjaga keamanan ternak di kandang bersama diterapkan wajib jaga. Sedangkan untuk ayam kampung biasanya diumbar begitu saja. Karena itulah naiknya harga bahan pangan yang kerap terjadi di hari raya tidak begitu dikeluhkan warga.

Di kala banyak yang menimbun beras, mereka sudah memperhitungkan keamanan stok beras di rumah masing-masing. Di kala banyak yang antri beli ayam untuk dimasak opor, mereka tinggal menyembelih sendiri, tidak terkecuali dengan keluarga kami. Menariknya tinggal di desa itu pakan ayam bukan menjadi hal serius.

Soalnya sewaktu membeli beras, sekalian bisa langsung membeli biji padi yang di usai proses penggilingan akan berubah menjadi katul. Nantinya katul ini akan dicampur dengan dedaunan ataupun sisa makanan. Kalau di rumah kami, ayam-ayam di pekarangan akan diberi makan campuran katul, potongan daun papaya dan buah jambu yang berjatuhan di halaman. Kebetulan di halaman rumah ada pohon jambu yang berbuah lebat.

Inovasi dari Desa

Terhitung sejak tahun ini, ada beberapa perkumpulan yang mulai membuat produk dari hasil tanaman yang dibeli dari warga, salah satunya adalah pepaya. Pepaya-pepaya nyadam yang diperoleh dari hasil panen warga nantinya diolah menjadi beberapa produk seperti carikates (semacam carica papaya), permen dan geplak pepaya.

Geplak sendiri merupakan makanan khas dari Bantul yang dibuat dari campuran parutan kelapa yang diberi gula putih. Karena inovasi dari dusun kami dibuat dengan pepaya, maka namanya pun berubah menjadi geplak pepaya. Meski masih dalam skala kecil, namun inovasi-inovasi semacam ini tentu menjadi kabar yang cukup menggembirakan.

Apalagi makanan dan minuman manis cukup identik dengan kuliner yang disajikan saat libur panjang, termasuk hari raya lebaran yang akan berlangsung beberapa bulan ke depan. Bagaimanapun juga, selain memberdayakan sekaligus dapat meningkatkan potensi ekonomi kreatif lokal, mengolah dan mengkonsumsi produk lokal tentu akan memotong panjangnya rantai distribusi bahan pangan.

Inovasi dan kolaborasi semacam ini diharapkan dapat mengatasi polemik kelangkaan bahan pangan, juga melambungnya harga makanan di hari besar keagamaan, utamanya saat lebaran tiba. Semoga hal-hal yang dipandang sepele semacam ini dapat merembet dalam cakupan yang lebih luas.

Salam hangat dari Jogja,

-Retno Septyorini-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun