Mohon tunggu...
Lintang Tyas
Lintang Tyas Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Ya Allah bismillah ke upload

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Suku Baduy Menghadapi Perubahan

26 Februari 2024   14:59 Diperbarui: 26 Februari 2024   15:35 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri


      Indonesia merupakan negara yang memiliki 38 provinsi dengan kekayaan yang berbeda-beda di setiap daerah. Salah satunya adalah Banten yang juga memiliki kebudayaan serta kearifan lokal yang unik dan menarik. Banten memiliki kearifan lokal atau tradisi seperti debus, ngariung, tari topeng dan mempunyai suku yang biasa dikenal dengan suku Baduy.
        Suku Baduy terletak di wilayah kabupaten Lebak, Banten, Indonesia. Populasinya kurang lebih 26.000 jiwa dan terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. 

Mereka terkenal karena memiliki tradisi dan nilai-nilai yang kuat, termasuk cara berpakaian, berbicara, dan berinteraksi. Hal yang membuat istimewa dari komunitas ini adalah pola hidup mereka sangat sederhana dan tradisional. Mereka masih mempertahankan sistem sosial yang sangat kuno dan kehidupan mereka sangat terikat dengan alam.
      Suku Baduy memang sangat ketat memegang adat istiadat, tetapi bukan wilayah terisolasi atau terasingkan dari perkembangan dunia luar. Ada beberapa hal yang menjadi kontradiksi atau tabu bagi mereka. Salah satunya adalah mengambil foto, terutama di wilayah Baduy Dalam. Pengunjung hanya boleh menggambarkan suasana di dalamnya hanya dengan sketsa.
    Perubahan aturan-aturan
      Globalisasi dan iptek membawa perubahan yang signifikan terhadap masyarakat Baduy yang masih memegang teguh adat istiadat. Dahulu, mereka sangat tertutup dari perkembangan luar seperti gadget, motor, penggunaan detergen dan  penggunaan alas kaki tidak diperbolehkan. Kini, peraturan tersebut diperbolehkan hanya untuk Baduy luar, tetapi Baduy dalam masih berlaku aturan tersebut.
   Dampak iptek dan globalisasi terhadap ekonomi
   Dengan terbukanya akses pasar global dan masuknya para wisatawan dari luar daerah membuat Baduy bisa dikunjungi. Pada dekade akhir 1980-an kampung adat masyarakat Baduy dibuka sebagai destinasi wisata. 

Karena banyak wisatawan mengunjungi Baduy, penduduk Baduy bisa mendapatkan penghasilan bukan hanya bergantung dengan alam dan berdagang di luar wilayah Baduy. Penduduk Baduy juga menjual kerajinan sebagai oleh-oleh, diantaranya tas jarog dan koja, parang, tenun, dan aksesoris lain seperti gelang.
 Dampak terhadap perubahan sosial
     Dampak yang terjadi dalam perubahan sosial budaya masyarakat Baduy, yaitu perubahan cara berpakaian. Perubahan sosial lebih besar terjadi pada penduduk Baduy Luar. Kemudian, perubahan sosial di Baduy dalam hanya terjadi perubahan dalam aspek penggunaan bahasa.
      Dalam menghadapi perkembangan yang ada, masyarakat Baduy masih memegang teguh nilai-nilai dan tradisi nenek moyang mereka. Jika msyarakat Baduy dalam masih tertutup dan mengisolasi mereka, sementara Baduy luar membuka diri dan beradaptasi dengan perkembangan modernisasi. 

Walaupun keduanya berbeda, tetapi mereka masih sama-sama memegang adat dan hukum yang berlaku. Adapun beberapa cara yang dilakukan masyarakat Baduy luar supaya tetap mempertahankan adat istiadat mereka, seperti tidak terlalu bergaya hidup konsumtif, menggunakan teknologi hanya untuk keperluan tertentu, dan menjaga alam mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun