"Ayah masih di kota bu" jawabku.
"Lagian kamu pulang tidak memberi tahu terlebih dahulu Khodijah, tahu begitu mungkin suamimu tadi yang menjemputmu" nenekku mengeluarkan unek-uneknya.
"Tak sempat tadi mbah, aku juga pulang diantar travel jadi langsung diantar ke rumah." Balas ibuku. "Ya sudah kalau begitu sudah sore, mari masuk kita sholat di rumah saja."
"Baiklah" Kami pun masuk bergegas berwudhu kembali karena waktu sholat sebentar lagi hampir habis.
***
Semburat cahaya mentari terkesan malu-malu untuk menunjukkan sinar hangatnya. Kabut tipis masih menyelimuti kampung Waru, suasana dingin dan sejuk menimbulkan orang betah berlama-lama melingkar dalam hangatnya selimut di kamar. Namun tidak dengan keluargaku, pagi-pagi nenek sudah asyik merebus air untuk menyeduh kopi dan menanak nasi. Sedang ibuku sibuk mencuci lalu memotong sayur kangkung menjadi bagian-bagian kecil. Aku hanya diam dan memperhatikan, kesibukan ibu dan nenekku.
"Fatimah" panggil ibuku lembut.
"Ya bu kenapa?" aku melihat ke ibu dengan pandangan bertanya.
"Coba Fatimah periksa tas ibu, ibu bawa oleh-oleh dari Malaysia" kata ibu dengan semangat.
"Benarkah? Apa bu?" aku terlonjak kegirangan mendengar tutur kata ibu.
"Coba saja periksa" goda ibu padaku.
Aku berlari menuju kamar yang ditempati Ayah dan Ibu, ibu mengikutiku dari belakang dan membantu menunjukkan oleh-oleh yang akan diberikan kepadaku. Â Dengan perlahan ibu membuka tas dan mengeluarkan sebuah boneka beruang berkuran sedang berwarna coklat pekat.