Mohon tunggu...
Lintang Gumilang
Lintang Gumilang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penikmat senja

Seorang ibu pembelajar yang jatuh cinta pada literasi dan gila membaca. Penulis kelahiran asli kota Malang ini sangat bersyukur bisa menulis dan menerbitkan antologi dengan harapan agar tulisannya bisa bermanfaat bagi semua pembacanya.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyusuri Sejarah yang Terkubur di Makam Londho Bareng Jelajah Malang

18 Februari 2024   14:51 Diperbarui: 18 Februari 2024   16:28 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dirinya juga ingin hidup tenang bersama keluarganya. Di akhir hayatnya beliau memilih pindah ke Malang untuk menghilangkan idenstitas siapa dirinya.

Kini pihak Pemerintah Kota Malang berusaha tetap merawat jejak Tante Dolly di peristirahatan terakhirnya.

Menggali Jejak Tokoh Freemason, Dr. P. A. A. F Eyken

sumber: dok. pribadi
sumber: dok. pribadi

Aku menatap sebuah batu nisan berbahan granit, hampir sama dengan makam lainnya. Hanya saja aku sejenak terpaku pada simbol yang tak asing bagiku. Simbol jangka dan mistar siku, simbol organisasi Freemason.

Apakah aku kaget? Sebenarnya ngga, karena saat mengikuti Jelajah Malang sebelumnya, mba Dini (tour guide saat itu) juga menjelaskan kalau sebenarnya di Malang banyak jejak-jejak Freemason. Organisasi rahasia ini memang kabarnya memiliki anggota tersebar di seluruh dunia, termasuk kota ini.

Memang Freemason selalu dianggap punya kedekatan dengan Illuminati dan tak sedikit yang menganggap oraganisasi ini sebagai pemuja setan.


Padahal anggota Fremason sendiri sebenarnya orang-orang penting yang sangat pintar, pejabat dunia, ilmuwam, dokter, hingga insinyur. Namun sangat tertutup yang bikin orang-orang makin kepo karena serba rahasia.

Kabarnya, pelukis ternama Raden Saleh dan cendekia Ki Hajar Dewantara juga anggota organisasi rahasia ini.

Simbol Freemason ini terpampang jelas pada nisan Dr. Eyken yang letaknya di Blok D. Dr. Eyken diberitakan pernah mendapatkan penghargaan yang diberikan Dinas Kesehatan Masyarakat pada 31 Oktober 1913 karena melakukan penelitian pemurnian biologi di Kebun Botani Bogor.

Berita kematian sang Apoteker ini juga dimuat dalam surat kabar Soerabaijasch Handelsblad. Jasa-jasa beliau tersemat dan tak terlupakan.

Dr. Eyken juga memiliki istri yang disemayamkan bersebelahan dengannya. Makam istrinya memperlihatkan simbol daun Akasia yang melambangkan immortality of soul, atau keabadian.

Ritual "Hana O Maku" di Monumen Tugu Jepang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun