Mohon tunggu...
Lin Majazaah
Lin Majazaah Mohon Tunggu... -

Mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Setrika Mudah, Dongkol Pun Hilang (Pengalaman Pribadi)

18 Desember 2014   02:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:05 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kecil, aku memang tidak begitu menganggap penting penampilan. Asalkan pakaian dicuci dan bersih, tidak ada masalah kan? Aku tidak pernah memakai parfum karena sebagian besar berbau menyengat. Selain itu, aku menganggap bahwa detergen yang digunakan untuk mencuci sudah cukup membawa kesegaran untuk pakaian-pakaianku. Tahu apa pekerjaan rumah tangga yang paling tidak aku sukai? MENYETERIKA. Hmmm, banyak alasannya aku tidak menyukai pekerjaan yang satu ini. Selain prosesnya yang lama hingga pakaian benar-benar halus (rapi maksudnya), menyetrika merupakan pekerjaan yang aku anggap sebagai salah satu kegiatan yang membosankan dan ‘ngga guna’. Bayangkan, setiap kali aku menyeterika satu gamis, butuh waktu sampai setengah jam. Pernah aku menyeterika hanya 10 menit, eh, kakakku bilang “Ngga jadi diseterika, De? Kok masih kusut banget kayak gini”. Ya Allah, perasaanku dongkol banget waktu itu. Aku pun jadi asal-asalan kalau menyetrika. Pakaian yang aku anggap mudah untuk disetrika, hanya disetrika beberapa menit kemudian dilipat dan kutindih bantal yang kujadikan sandaran saat tidur.

Hari itu aku ada presentasi makalah untuk salah satu tugas individu pada mata kuliah yang aku ikuti. Mulanya memang hanya duduk di depan teman-teman mahasiswa lainnya (posisi di meja dosen) dan sesekali berdiri saat menjelaskan isi slide dari Power Point yang aku tampilkan. Saat presentasi, sebagian pakaian (dari pinggang ke bawah), tertutupi oleh meja. Namun ketika ada teman yang bertanya, akhirnya aku pun beranjak ke tengah-tengah ruangan untuk menuliskan sesuatu di white board sebagai bentuk penjelasan lebih lanjut. Aku bisa menangkap beberapa pasang mata yang tidak memperhatikan tulisan di white board maupun penjelasanku. Mereka seperti, hmmm, memperhatikan pakaianku! Pakaianku, Bo! Ada apa dengan pakaianku? Namun aku pun menganggap lalu dan meneruskan presentasi hingga selesai.

Usai mata kuliah tersebut, salah satu sahabatku menyodorkan ponselnya. Kami begitu dekat sehingga tidak segan untuk menegur satu sama lain jika kami melakukan kesalahan atau kekeliruan, termasuk untuk hal yang satu ini. Aku melotot melihat hasil foto dari smartphone canggih milik temanku itu, yang tingkat kejelasan dan perbesaran fotonya sempat membuatku berdecak kagum. Tapi tahu apa yang kulihat? Ya ampun, lecek banget. Aku sama sekali tidak menyangka, pakaian berbahan licin yang kupakai ini kembali bergelombang. Padahal setelah disetrika sudah cukup rapi menurutku. Kenapa bergelung/ bergelombang lagi? Ah, kalau rambut sih tentu indah untuk dilihat. Tapi ini bagian belakang gamisku, full dari bagian pinggang ke bawah. Ckckck, jika mengingat kembali hal itu dan tahu sejak awal, pasti akutidak akan bisa dengan pede-nya presentasi.

Aku menceritakan kejadian itu pada kakak. Kakak menyarankanku untuk menggunakan Kispray saat menyetrika. Hooo, jadi itu rahasianya sehingga kakak tidak pernah dibuat dongkol saat menyetrika. Saat kucoba, wow, memang iya, menyetrika pakaian menjadi lebih mudah. Harum lagi. Selain itu, melihat komposisi dan brand tag di kemasannya, ternyata formula Kispray mengandung antikuman yang mencegah kuman menempel di pakaian yang dikenakan. Wah, alhamdulIllah, aku ngga pernah dibuat dongkol lagi dengan aktivitas menyetrika.

Sejak saat itu, aku baru sadar, bahwa penampilan pun memiliki peranan penting agar pemikiran kita yang disampaikan melalui ucapan, perilaku, dan prinsip yang diyakini, akan sampai pula pada orang-orang yang memang respect pada kita.

#KisprayAntiKuman

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun