Terletak di gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu, Pulau Pari Jakarta menawarkan perpaduan sempurna antara keindahan alam dan upaya konservasi. Hamparan pasir putih, air laut jernih, serta potensi ekosistem pesisir yang ditawarkan menjadikan pulau ini destinasi wisata sekaligus lokasi pelestarian lingkungan.
Selain menikmati panorama pantai yang eksotis, pengunjung bisa bersepeda, snorkeling, atau menjelajahi hutan mangrove Pulau Pari, yang berperan penting dalam menjaga ekosistem pesisir. Didukung fasilitas yang lengkap, mulai dari transportasi feri dan speed boat hingga berbagai pilihan penginapan, seperti homestay dan cottage.Â
Dampak Perubahan Iklim terhadap Pulau Pari Jakarta
Perubahan iklim memberikan dampak nyata bagi masyarakat Pulau Pari Kepulauan Seribu. Salah satu ancaman terbesar adalah banjir rob, yang kini terjadi makin sering. Jika dulu fenomena ini jarang terjadi, kini air pasang dapat merendam pemukiman hingga belasan kali dalam sebulan.Â
"Pertama yang kami rasakan adalah seringnya datang banjir rob, dulu jarang sekali, akhir-akhir tahun ini sering. Bulan kemarin aja, bulan desember, kemarin hampir 12 kali kena banjir rob. Belum lama juga terhantam banjir rob. Intensitas banjir rob semakin kesini semakin sering," ujar Edy nelayan setempat.Â
Selain itu, kenaikan suhu laut juga menjadi penyebab terumbu karang mati, yang berdampak langsung pada menurunnya populasi ikan. Nelayan yang dulunya dapat memprediksi kondisi laut kini makin kesulitan, sehingga hasil tangkapan terus berkurang.Â
"Kedua, banyak terumbu karang yang mati akibat panasnya cahaya matahari, alam yang tidak bisa diprediksi oleh nelayan, kalau dulu nelayan rata-rata jago memprediksi, hasil tangkapan laut yang berkurang, ikan yang semakin jarang dirasakan oleh masyarakat pulau pari," sambung Edi.Â
Ancaman Perusakan Lingkungan di Pulau Pari Jakarta
Selain dampak perubahan iklim, Pulau Pari Kepulauan Seribu nyatanya juga menghadapi ancaman perusakan lingkungan akibat aktivitas ilegal. Dugaan perusakan hutan mangrove Pulau Pari dan reklamasi untuk pembangunan pondok wisata menjadi perhatian serius masyarakat setempat.Â
"Sebelumnya kan di bulan November itu udah kedatangan beko dan itu sudah ditentang sama warga dan warga sudah menolak dari awal, tetapi pas beko datang dan disegel sama masyarakat kita pikir itu beko tidak bakal beraktivitas. Tetapi pas di tanggal 17 kemarin di hari Jumat ada laporan dari masyarakat bahwa ada suara bunyi beko yang bekerja dan akhirnya masyarakat ramai kita beramai-ramai langsung ke lokasi melihat dan ternyata benar beko itu lagi beroperasi," jelas Edi.
Kondisi tersebut apabila tidak dihentikan jelas dapat merusak keseimbangan ekosistem pesisir dan memperburuk dampak lingkungan di Pulau Pari Jakarta.Â