Mohon tunggu...
Linda Septiana
Linda Septiana Mohon Tunggu... Mahasiswa PG Paud Semester 3 STKIP Muhammadiyah kuningan

Dunia anak

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Lunak Tapi Tegas : Gaya Nabi, Gaya Kita Mendidik Anak

26 Juni 2025   14:47 Diperbarui: 26 Juni 2025   14:47 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar keluarga(Dok Pribadi) 

Tugas Matkul Pendidikan Anak dalam Keluarga dosen Pengampu Dr. Erik M.Pd

Oleh Putri Nabilah Nur Fauziah

Anak Bukan Tentara, Rumah Bukan Barak
Di era sekarang, banyak orang tua yang merasa makin susah menghadapi anak. Anak-anak lebih kritis, lebih aktif, dan kadang sulit diatur. Tak jarang, orang tua akhirnya memilih jalan pintas: memarahi, mengancam, atau menghukum. Padahal, Islam punya resep mendidik anak yang lembut tapi tetap berwibawa. Resep itu kita temukan dalam Surat Ali Imran ayat 159.
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu. Maka maafkanlah mereka, mohonkan ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal."
(QS. Ali Imran: 159
Nilai Utama dari Ayat Ini: Lembut Itu Bukan Lemah
Ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad setelah Perang Uhud. Tapi menariknya, Allah justru mengingatkan Nabi untuk tetap bersikap lembut, memaafkan, dan bermusyawarah meskipun para sahabat telah melakukan kesalahan.
Kalau kita tarik ke konteks keluarga, maka ayat ini bisa jadi pedoman dalam pendidikan anak dan komunikasi dalam rumah tangga.
Kuncinya ada tiga:
Lemah lembut
Pemaaf dan pengertian
Ajak bicara (musyawarah)
Apa hubungan ayat ini dengan pendidikan keluarga?
Ayat ini mengajarkan bahwa dalam membina hubungan dengan orang lain, termasuk dengan anak, lembut itu lebih efektif daripada galak.
Kalau Rasul saja diberi arahan untuk lembut ke para sahabat yang sudah dewasa, apalagi kita terhadap anak-anak yang masih belajar?
Mendidik anak bukan tentang siapa yang lebih kuat, tapi siapa yang lebih sabar dan bijak dalam membimbing.
Siapa yang harus menerapkan nilai-nilai ini?
Orang tua.
Ayah dan ibu adalah pihak utama yang wajib menerapkan kelembutan dalam rumah. Tapi tidak berarti selalu membiarkan.
Lemah lembut bukan berarti permisif.
Tegas bukan berarti kasar.
Pendidikan terbaik adalah yang seimbang antara kelembutan dan ketegasan.
Kapan sebaiknya pendekatan lembut ini diterapkan?
Jawabannya: setiap saat.
Tapi terutama:
Saat anak melakukan kesalahan
Saat anak sulit diatur
Saat anak merasa sedih atau kecewa
Momen seperti itu bukan saatnya menghakimi, tapi waktu yang tepat untuk menunjukkan kasih sayang.
Di mana pendidikan berbasis kelembutan ini dilakukan?
Tentu saja: di rumah.
Rumah adalah tempat pertama dan utama anak mengenal emosi, komunikasi, dan nilai. Kalau rumah penuh bentakan, anak akan tumbuh dengan ketakutan. Tapi kalau rumah penuh cinta dan pengertian, anak tumbuh jadi pribadi yang tenang dan percaya diri.
Kenapa pendekatan lembut itu penting dalam pendidikan anak?
Karena:
Anak bukan orang dewasa dalam tubuh kecil. Mereka butuh dibimbing, bukan ditakut-takuti.
Kelembutan membuat anak merasa aman untuk belajar dan mencoba.
Hubungan yang dibangun dengan cinta akan lebih tahan lama dibanding hubungan yang dibangun karena takut.
Nabi sendiri berhasil menyentuh hati banyak orang karena akhlaknya yang mulia---dan itu dimulai dari sikap lembut dan penuh empati.
Bagaimana cara menerapkan ayat ini dalam kehidupan keluarga sehari-hari?
1. Gunakan nada bicara yang tenang
Saat anak marah atau membantah, kita yang harus lebih tenang. Jangan ikut terbakar.
2. Berikan ruang anak menjelaskan perasaannya
Musyawarah tidak hanya untuk orang dewasa. Ajak anak berdiskusi, tanya pendapatnya, dan dengarkan.
3. Maafkan dengan tulus dan beri kesempatan kedua
Kalau anak salah, jangan langsung hukum keras. Tanyakan dulu alasannya, beri nasihat, dan peluk dia setelahnya.
4. Berikan tanggung jawab, bukan hanya perintah
Ajak anak ikut ambil keputusan. Misalnya dalam hal mengatur jadwal belajar, memilih aktivitas akhir pekan, atau membuat kesepakatan bersama.
5. Beri contoh nyata
Anak belajar dari apa yang dilihat, bukan yang didengar. Kalau orang tua suka membentak, jangan heran kalau anak juga suka berteriak. Tapi kalau orang tua terbiasa bicara baik, anak pun akan meniru.
Gaya Nabi Itu Bisa Kita Tiru
Nabi Muhammad tidak membesarkan anak biologis, tapi beliau berhasil membina generasi yang luar biasa. Salah satu kuncinya adalah akhlak beliau yang mulia, penuh kelembutan, pengampunan, dan mampu membuat siapa pun merasa dihargai.
Kalau kita ingin anak-anak kita tumbuh dengan hati yang baik, jangan ajari mereka hanya dengan kata-kata. Ajari mereka dengan cara kita memperlakukan mereka.
Rumah yang penuh kelembutan bukan berarti lemah. Justru di sanalah tumbuh anak-anak yang kuat jiwanya.
Ubah gaya marah jadi gaya mengajak diskusi.
Bangun kebiasaan musyawarah dalam hal-hal kecil.
Tunjukkan cinta bukan hanya lewat kata "sayang", tapi lewat sikap sabar.
Jangan anggap anak sebagai objek kemarahan, tapi sebagai amanah yang butuh dibimbing.
Tanamkan bahwa kelembutan itu bukan kalah, tapi justru tanda kekuatan sejati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun