Mohon tunggu...
Herlina Butar
Herlina Butar Mohon Tunggu... Administrasi - LKPPI Lintas Kajian Pemerhati Pembangunan Indonesia

Cuma orang yang suka menulis saja. Mau bagus kek, jelek kek tulisannya. Yang penting menulis. Di kritik juga boleh kok. Biar tahu kekurangan....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pembebasan Abubakar Ba'asyir, Kemanusiaan atau Elektoral?

21 Januari 2019   03:28 Diperbarui: 21 Januari 2019   04:03 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi Naik Tangga Sewaktu Mengunjungi Ambruknya SD di Jakarta timur 08.11.2012 (foto: Lina)

Banyak pendukung petahana yang harus kecewa. Dari banyak media terdengar santer berita bahwa, Presiden Joko Widodo akan membebaskan Abu Bakar Baasyir, napi teroris yang selama ini menjalankan masa tahanannya di Gunung Sindur.

Menengok kembali korban-korban kebiadaban bom, maka kita mencoba mengambil secuil keadaan keadaan korban bom Samarinda. Sebuah video menayangkan dua anak kecil yang sedang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Perban membalut kepala, tangan, kaki dan menutupi seluruh wajah kecilnyanya. Tersisa sedikit lubang di mata, hidung dan mulutnya. Kedua anak itu terdengar riang gembira menyanyikan lagu anak-anak. Mungkin banyak diantara kita menangis menyaksikan bahwa Alvaro Sinaga dengan segala penderitaannya tetap riang gembira. Bom telah merenggut sebagian anggota tubuhnya, tapi keceriaannya masih melekat di hatinya...

Kedua anak itu adalah Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (Alvaro) berumur empat tahun dan Trinity berumur lima tahun, korban bom Gereja Oikumene, Sengkotek, Loa Janan, Samarinda, Kalimantan Timur, 13 November 2016 lalu. Publik terharu melihat kegembiraan anak-anak korban bom itu. Mereka tidak memikirkan orang-orang yang membuat kesakitan pada diri mereka. Mereka hanya menyanyi, tertawa dan riang gembira.

Pembebasan Abu Bakar Baasyir, Ide Ma'ruf Amin?

Ada sebuah tulisan seorang kawan:

"Bahwa tidak benar, rencana pembebasan Ustadz Abu Bakar Baasyir ini ide mendadak demi pengkatrolan elektabilitas suara Pak Jokowi"
Tanggal 2 Mei 2018, di Perkantoran Taman Mega Kuningan, selama hampir 1,5 jam saya berbicara dengan KH. Ma'ruf Amin (KMA) soal usulannya kepada Presiden Jokowi. KMA membawa pesan itu kepada Presiden agar mau membebaskan Ustadz Abu Bakar Baasyir.

Saya mendengar langsung dari ucapan Kyai Ma'ruf Amin jauh sebelum beliau ditunjuk Cawapres. Penting untuk disampaikan, bahwa usulan pembebasan Ustadz Abu Bakar Baasyir sudah lama dilakukan, dan pembicaraan juga sudah intens dilakukan sejak bulan Mei 2018.  

Pada saat itu, usulan saya ini sedang digodok oleh Menkumham Yasona Laoli. Presiden harus mengedepankan rasa kemanusiaan bagi Ustadz Abu. Faktor usia dan kesehatan harus dipakai pertimbangan oleh Presiden Jokowi," demikian ucap Kyai Ma'ruf Amin kala itu.
Menghadirkan Prof. Yusril Ihza Mahendra adalah langkah cerdas Presiden dan jajarannya adalah langkah tepat. Sebab saya yakin, bagi mantan Mensesneg dan Menkumham pasti memiliki berlapis argumentasi hukum yang sulit dibantah oleh yang anti pembebasan Ustadz Abu Bakar Baasyir.

Membebaskan seorang seperti Ustadz Abu Bakar Baasyir bukan keputusan mudah. Pikiran radikal yang sudah tertanam berakar kuat sudah mengalir di darahnya.  Presiden Jokowi tentu memerlukan banyak pertimbangan 

antara baik dan buruk. Termasuk melibatkan pakar hukum sekaliber Prof. Yusril Ihza Mahendra. Satu sisi, bagi seorang pengusung ideologi Indonesia harus menjadi negara Islam. Pasti sulit merubah alam pikirannya. Bisa jadi pemikiran itu tetap tidak pernah berubah bagi Ustadz Abu Bakar Baasyir sampai beliau meninggal. Dan satu sisi, sangat tidak layak bagi seorang tua renta dan dirundung penyakit menua harus tetap mendekam di penjara. Dengan alasan karena kesehatan dan nilai kemanusiaan inilah satu pertimbangan yang tepat. Meskipun menimbulkan pro dan kontra.

Selamat menikmati kebebasan, dan semoga Utadz Abu mendapatkan akhir kehidupan yang khusnul khotimah. (MH19-1-2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun