Mohon tunggu...
Lina Ariyanti
Lina Ariyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Saya adalah orang yang sangat menyukai dunia sosial budaya, sejarah dan juga tentang seni musik tari dan vokal karena jika mereka diselaraskan akan menjadi sebuah harmoni musik kehidupan yang indah

Pecinta musik, vokal, tari dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teungku Tapa, Panglima Perang Aceh Melawan Belanda yang Terlupakan

18 Januari 2021   14:30 Diperbarui: 18 Januari 2021   14:33 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tengku Tapa Delung Tue ( Foto : Dok Fauzan Azima)

Setelah Kesultanan Aceh mengalami kemunduran pada Tahun 1873, Aceh melakukan perang berkepanjangan melawan kolonial Belanda dari tahun 1873-1912 M. Dari peristiwa ini banyak melahirkan pahlawan yang sangat gigih dan ditakuti Belanda. Salah satunya yaitu Teungku Tapa. Namun Seorang Teungku Tapa mungkin tidak setenar nama panglima perang Aceh lainnya seperti Teungku umar, padahal dalam sejarah perang Aceh atau perang Sabil ia didapuk sebagai panglima perang di daerah Aceh Timur dan Aceh Utara. Anehnya pahlawan ini tidak banyak diekspose seperti panglima lainya.

Bedasarkan keterangan yang diperoleh di Aceh Utara dan Aceh Timur dalam laporan Koloniaal Verslag pada tahun 1899 disebutkan bahwa nama teungku tapa yang sebenarnya adalah Abdullah Pakeh. Daerah asalnya menurut karangan Snouck Hurgronje yang berjudul Het Gajoland En Zijne Bewoners berasal dari Telong Redelung Tue terletak 25 km dari Takengon Gayo Laut. Nama Teungku Tapa sendiri adalah nama julukan yang berasal dari kebiasaannya yang bertapa di hutan bertahun-tahun.

Dalam perjuangannya, Teungku tapa dibantu oleh Pang Preng dan Pang Ramung, mereka sering berada di Aceh Timur dan Aceh Utara. Pang Preng diberi tugas didaerah bebasan-pegasing, sementara Pang Ramung diberi tugas di daerah Bukit Kebayakan di Gayo Lut.

Pahlawan ini sangat ditakuti oleh Belanda karena kehebatannya dalam strategi perang dan keahliannya dalam propaganda yang membuatnya memiliki banyak pengikut di daerah pesisir. Salah satu propaganda yang dilakukannya yaitu membangkitkan kepercayaan rakyat aceh terhadap kembalinya tokoh mitologi Aceh dalam Hikayat Malem Dewa yaitu dirinya sendiri.

Hal ini dibuktikan dengan adanya catatan resmi militer Belanda yang menyebutkan Teungkoe Tapa de bedriegelijke herrijzen Malim Dewa, de z.g. onkwetsbare held uit de atjehsche hikayat, had zich een enrme aanhag ween te prediken yang artinya Teungku Tapa menipu rakyat Aceh dengan cara membangkitkan kembali legenda tokoh Malim Dewa , yang dalam hikayat Aceh disebutkan sebagai pahlawan yang tak terkalahkan, tipuan ini terbukti mampu membuatnya mendapat kan pengikut dalam jumlah besar karena mereka berpendapat yang sedang dilakukan ini merupakan perang suci yaitu perang dijalan agama melawan orang kafir yakni kolonialis.

Mendapat dukungan dari rakyat, Pasukannya menjadi sangat banyak yang terdiri dari pasukan Dataran Tinggi Gayo dan pasukan dari daerah aceh lainnya, mereka beroperasi sekitar daerah Aceh Timur dan Aceh Utara pada tahun 1898-1900 M. Pasukan yang dipimpin oleh Teungku Tapa ini dikenal sangat tangguh dan berani serta sangat fanatik menurut pendapat pasukan Belanda. Namun pasukan Belanda yang sangat besar serta jumlah persenjataan yang sangat banyak dan lengkap membuat pasukan Teungku Tapa mundur ke Dataran Tinggi Gayo yang jaraknya berkisar 40- 50 km dari daerah Idi untuk sementara .

Pada waktu itu, Belanda yang mengutus Van Heutsz dan pasukannya untuk menyerang Teungku Tapa tidak berhasil mematahkan semangat dari Teungku Tapa dan pengikutnya. Justru Teungku Tapa dan para pengikutnya menyerang pasukan infanteri Van Heutsz, karena kekurangan persenjata, akhirnya mereka gugur menjadi syahid dalam perang ini.

Jadi sebagai warga negara yang baik harus mengetahui identitas negaranya bahkan daerahnya, jangan pernah melupakan perjuangan para tokoh kemerdekaan yang memperjuangkan sejengkal demi sejengkal tanah negara ini bahkan rela mengorbankan nyawanya demi tanah kelahirannya. Sebagai penerus kita harus mengingat perjuangan para pahlawan khususnya yaitu Teungku Tapa jangan sampai dilupakan begitu saja. Bahkan jangan sampai menjadi cerita dari mulut ke mulut atau bisa dikatakan hanya sebagai sejarah lisan saja. Namun kita harus mengamalkan apa yang baik bagi diri kita, daerah dan bangsa ini serta dari sikap dan sifat pahlawan besar seperti Teungku Tapa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun