Mohon tunggu...
Lina Kurniawati
Lina Kurniawati Mohon Tunggu... Mahasiswi

be yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerita Belajar Mengaji Bersama Guru Ngajiku

2 Juni 2022   08:26 Diperbarui: 2 Juni 2022   08:28 8811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hallo guys, apa kabar semuanya? Semoga semuanya dalam keadaan yang sehat ya. Kali ini saya ingin menulis tentang seorang guru yang luar biasa, yang menginspirasi, dan memotivasi untuk belajar mengaji dengan semangat dan menyenangkan.

Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT. Al-Qur’an adalah mukjizat dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an menjadi pedoman hidup umat islam, untuk itu kita sebagai umat muslim sudah seharusnya untuk membaca dan mengamalkannya karena alquran bisa menjadi penolong kita saat di akhirat kelak nanti. Rasulullah pernah bersabda : “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah, maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.”

Untuk bisa membaca alquran dengan benar dan tartil maka kita harus belajar mengaji terlebih dahulu. Ada beberapa tahapan mulai dari mengenal huruf hijaizah, fathah, kasrah, dhommah dll. Kemudian terdapat metode belajarnya yaitu dari iqro 1-6 yang kemudian nanti jika sudah lancar dalam melafadzkannya akan lanjut ke tahap al-quran.

Belajar mengaji itu menyenangkan, sama halnya dengan sekolah. Tidak hanya pendidikan sekolah saja yang penting, pendidikan Alquran pun juga sangat penting. Selain mempunyai banyak teman, kita juga bisa mengetahui banyak hal, mulai dari hurufnya, cara menulis dan membacanya bahkan guru nya pun sangat asik dan menyenangkan saat mengajar. Sejak kecil, orang tuaku sudah mengenalkan huruf hijaiyah yang kemudian menyuruhku untuk belajar ngaji dengan rajin dan tekun. Waktu itu saya mulai belajar mengaji pada saat saya TK sekitar umur 4-5 tahun. Kemudian saya berangkat ngaji sekitar jam setengah 2 kurang di siang hari karena masuk ngaji sekitar jam 2 kurang dan selesainya sekitar setelah ashar.

Pertama kali masuk ngaji saya diantar ibu saya ke tempat ngaji yang nama tempatnya yaitu TPA/TPQ Al Hidayah. Memang jarak rumah dengan tempat ngaji dekat, akan tetapi karena saya baru pertama kali masuk jadi belum berani untuk berangkat sendiri. Kemudian sesampai di sana saya bertemu dengan teman satu kelas saya di sekolah dan masih banyak teman yang lainnya yang juga sama sama belajar ngaji. Setiap anak berbeda beda sudah sampai tahapan mana dalam belajar mengajinya. Ada yang masih iqro 1 karena baru mulai belajar, ada yang sudah iqro 6 bahkan ada yang sudah tahap baca alquran. Saat itu terdapat dua guru ngaji yang bernama Bu Lilik dan Bu Ika. Waktu itu pertama kali saya belajar dengan bu lilik terkadang juga bu ika tapi bu ika lebih sering mengajar yang sudah sampai tahap baca alquran. Tapi bu lilik juga mengajar ditahap alquran juga, jadi saling gantiaan dan melengkapi antar keduanya.

Karena saya dulu baru pertama belajar mengaji jadi saya harus belajar di iqro 1 terlebih dahulu. Mulai dari cara pengucapannya, sampai cara menulisnya semuanya diajarkan oleh guru saya ini. Saya belajar ngaji dengan guru saya yang bernama Bu Lilik. Bu Lilik ini adalah seorang guru yang mulai mengenalkan tentang huruf hijaiyah setelah kedua orang tuaku. Ibuku juga sudah akrab dengan beliau karena memang beliau ini orangnya welcome dan humble. Beliau sangat sabar dalam mengajari murid muridnya termasuk aku. Beliau benar benar mengajari anak didiknya sampai bisa membaca dan menulis huruf arab. Hingga akhirnya saya menuntaskan tahapan di iqro 1-6 dan lanjut tahap alquran. Beliau ini mempunyai anak tunggal laki laki yang usianya sama dengan saya, yang terkadang juga diajak ke tempat ngaji. Rumah beliau juga tidak terlalu jauh dari rumah saya ataupun tempat ngaji. Hanya berbeda desa saja. Alamat beliau tepatnya di desa DuriKulon, Sekaran Lamongan.

Pada saat mengajari saya dalam membaca dan menulis, beliau begitu sabar dan tidak menyerah jika saya atau teman yang lainnya kesusahan dalam melafadzkanya. Bahkan beliau tidak marah sama sekali jika ada yang sampai gak mau belajar atau kesulitan dalam membaca atau menulis huruf hijaiyah. Jurstru beliau menyemangati kita agar kita semangat dan tidak menyerah untuk belajar mengaji. Cara beliau mengajar juga sangat mengasyikkan dan menyenangkan yang mana membuat semua murid nyaman dengannya.

Menurut beliau, belajar mengaji itu harus rajin, tekun dan terus berlatih atau mengulang-ulang bacaan al-quran karena kita nantinya akan terbiasa dan menjadikan bacaan kita menjadi fasih dan pelafadzkannya sesuai dengan tajwid.

Selain menjadi guru ngaji, bu lilik ini juga menjadi guru di sekolah dasar lebih tepatnya di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Desa DuriWetan. Saat Pagi sebelum mengajar di Madrasah Ibtidaiyah, beliau ini mengantarkan anak tunggalnya ke sekolah terlebih dahulu. Barulah beliau ke MI untuk mengajar anak muridnya. Setelah itu, saat jam setengah dua siang beliau berangkat ke TPA/TPQ Al Hidayah di desa ku yaitu desa keting untuk mengajar ngaji. Bu Lilik ini juga sebagai tulang punggung keluarga karena beliau bercerai dengan suaminya. Karena itu, beliau bekerja keras untuk menghidupi kebutuhan keluarganya.

Konsep dari belajar ngaji sendiri ini tidak hanya belajar membaca atau menulis huruf arab saja. Akan tetapi ada kegiatan lain seperti membuat kaligrafi lalu di kreasi sendiri oleh semua murid. Sehingga bisa mengasah kreatifitas dari masing masing murid. Terkadang juga praktek sholat bersama agar kita tidak terlalu jenuh dalam belajar mengaji. Jadi tidak melulu belajar mengaji itu membaca atau menulis huruf arab, tapi kita juga ada kegiatan lain seperti yang telah disebutkan tadi. Dengan membuat kaligrafi tersebut kita bisa mengasah kemampuan kita dalam hal seni. Maka dari itu, semua murid senang dan berlomba lomba membuat kaligrafi yang terbaik menurutnya, karena masing masing kaligrafi yang telah dibuat akan di nilai oleh bu Lilik dan bu Ika.

Setelah sekian lama belajar mengaji, bu lilik dan bu ika membuat inovasi baru bahwa mengadakan acara istighosah dan tahlilan akan lebih menarik dan menyenangkan. Jadi setiap anak mengumpulkan uang 5.000 setiap minggunya. Kemudian uang tersebut dikumpulkan dan tiap anak setor nama dan setelah di acak dan keluar nama anak tersebut maka acara tahlilan dan istighosah di adakan di rumah anak tersebut. Dan acara tersebut dilakukan setiap hari minggu setelah sholat ashar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun