Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ompung Ke Jakarta

7 Juli 2010   03:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:02 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya dengar cerita berikut ini entah dari siapa saya sudah lupa. Yang jelas, ketika yang bercerita menceritakannya dalam bahasa Batak Toba, saya terpingkal-pingkal, antara senang dan simpati berkelindan, bersimpati sama orang desa sekaligus orang kota. Menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia sudah jelas mengurangi kelucuannya tetapi tak apalah ya. :) Tentu saja ini cerita rekaan tetapi bisa agak dimasuk-masuk-akalkan. [caption id="attachment_187523" align="alignleft" width="300" caption="(Sumber: mdltravelindonesiatravelbiz)"][/caption] Arta dan Kedua Ompung-nya ke Monas Ompung (baca: oppung) tahu kan? Kalau saya bilang nenek atau kakek, ah, kurang mantap kurasa. Kata nenek kurang bernyawa dalam perasaan saya, gregetnya tidak sampai separoh dari kalau saya bilang: ompung. Yang penting Anda tahulah bahwa ompung itu sapaan untuk nenek atau kakek dalam masyarakat Batak. Arta sudah bekerja dan ia ingin membuat ompungnya senang. Ia lahir di Jakarta dan tak begitu tahu bahasa Batak, ngerti sih ngerti kalau orang lain ngomong tetapi kalau disuruh berbahasa Batak, ah, payah. Setelah kerja di sebuah bank, maka dia pun pulang ke Samosir hendak membawa kedua ompungnya ke Jakarta, jalan-jalan. "Pung, ikutlah ompung ke Jakarta ya. Di sana rame Pung, nggak macam di sini, yang ramai malah kerbau", kata si Arta kepada kedua ompungnya ketika dia membantu ompungnya membawa kerbau pulang dari tempat penggembalaan. "Maccam mana nanti kerbau kita ini Inang, siapa yang jaga?" keluh ompung-boru (nenek) si Arta. "Bisalah itu, kita suruh Amani-Poltak menjaga kerbau kita", sahut ompung-doli (kakek)-nya. Setelah semua urusan beres dari Samosir untuk ke Jakarta, tibalah Arta dan kedua ompungnya di rumah. Pada hari Sabtu pagi, Arta tidak masuk kerja. Maka dia bilang sama Ompungnya malam sebelumnya agar mereka cepat bangun pagi, mereka mau ke Monas, lihat monumen yang di atasnya ada emas berkilo-kilo sambil olahraga, gerak-gerak badan, biar sehat, kicau si Arta. Nggak tahu dia ompungnya tiap hari banyak bergerak di kampung, ke ladang, ke pesta, ke penggembalaan kerbau. Kedua ompung itu pun bersemangatlah. Oh, hebat betul Jakarta, ada emas berkilo-kilo.  Pagi harinya, mereka cepat bangun dan lekas bergegas. Mereka bertiga tiba di Monas, suasana masih sepi. "Ayo Pung, kita olahraga", kata si Arta kepada kedua ompungnya, "gerak-gerak badan Pung", lanjutnya karena dilihatnya kedua ompungnya sudah lupa apa itu artinya olahraga. Berjalanlah mereka. Ah, begini saja rupanya yang namanya olahraga itu? Pikir kedua ompung itu. Cuma jalan sajanya, di Samosir pun tiap harinya kami jalan. Mana ada hari tanpa berjalan? Renung-renung kedua ompung si Arta. "Eee Arta, itunya Tugu Monas itu? Manalah emasnya?" tanya ompung-boru. "Iya Ompung, yang di atas kali itu, lihat ompunglah, ada kan yang kuning-kuning itu. Ah, itulah Pung emasnya." "Apa nggak mau itu jatuh?" lanjut ompung boru. "Nggaklah Pung, kuatnya mereka bikin itu." "Yang kuatirnya aku, kalau jatuh kan bisa kena kepala orang," lanjut si ompung. Lalu mereka melanjutkan berjalan. Ompung-doli lebih banyak diam dan nampak menikmati suasana baru di sekitar Monas. "Eee Arta," kata si ompung boru. "Ya Pung?" sahut si Arta. "Eh, kenapa kosong tak ada apa-apa di sini?" tanya ompung boru sambil menunjuk ke sekitar mereka. "Ah, disengajanya itu Pung", jawab si Arta. "Baaah! Sayang kalilah ini ya, dibiarkan lahan kosong macam begini ini. Kenapa tak ditanami saja ketela pohon di sini?" kata si ompung boru. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun