Lorong Kecil, Semangat Besar
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Di sebuah lorong yang ramai di sepanjang jalan Patimura Kota Jambi, berdiri salah satu masjid sederhana tidak terlalu besar namun nyaman, Masjid Darul Iman - bersih, rapi, dan fasilitasnya tersedia lengkap. Tapi yang membuat masjid ini istimewa adalah suara anak-anak yang bergema di dalamnya melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dan juga huruf-huruf hijaiyah.
Sebagai peserta KUKERTA Mandiri UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Angkatan 52 dengan tema "Membangun Kampung Kito", saya memilih masjid ini bukan karena kenyamanan, tapi karena kedekatannya dengan masyarakat dan potensinya sebagai pusat pelatihan generasi muda.
Lahirnya GEMAR Qur'ani Darul Iman
Dari sinilah lahir program "GEMAR Qur'ani Darul Iman" (Gerakan Mengaji Rutin Qur'ani), sebuah inisiatif yang saya rancang sendiri sebagai bentuk nyata pengabdian di tengah masyarakat melalui program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Dengan bimbingan dan dukungan dari Dosen Pembimbing Lapangan, Bapak Dedi Sastaradika, M.Pd., kegiatan ini berjalan selama 45 hari di Masjid Darul Iman. Program ini bukan hanya ruang belajar, tetapi juga wadah membentuk karakter, menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur'an, dan mengajarkan nilai kebersamaan di tengah masyarakat perkotaan.
1. Iqro' Malam Ceria - Belajar dari Nol, Setelah Magrib hingga Isya
Kegiatan dimulai setiap malam, Senin hingga Sabtu, setelah shalat Magrib, atas izin Ketua Masjid Dr. H. Mahmud MY, M.Pd. Kami menyebutnya Iqro' Malam Ceria - kelas belajar Al-Qur'an yang menyenangkan, khusus untuk anak-anak usia 5-15 tahun.
Saya ajarkan mereka dari dasar: huruf hijaiyah, makhraj, hingga Iqro' 6, bahkan mulai masuk ke Al-Qur'an. Banyak peserta yang sebelumnya belum lancar membaca Al-Qur'an, bahkan ada yang masih terbata-bata di huruf "ba" dan "ta".
Disini keberadaan saya dibantu oleh Ustadz Rizki dan Ustadz Hakim, sebagai marbot masjid sekaligus alumni UIN Jambi, yang ikut mendampingin anak-anak dengan penuh ketulusan.
2. Tajwid Malam Barokah - Memperdalam Ilmu Bacaan
Untuk anak-anak yang sudah bisa membaca dasar, saya adakan Tajwid Malam Barokah setiap Jumat dan Sabtu malam.
Materinya meliputi:
- Hal-hal penting dalam membaca Al-Qur'an
- Makharijul Huruf (tempat keluarnya huruf)
- Shifatul Huruf (sifat-sifat huruf)
- Ahkamul Huruf (hukum huruf)
- Hukum Mad, Waqaf, dan Ibtida
Seperti yang diungkapkan salah satu peserta, Zizi (12 tahun): "Ustazah, aku dulu baca cepat-cepat. Sekarang aku tahu, baca Al-Qur'an itu harus tartil, biar pahalanya besar." Kalimat sederhana ini membuktikan bahwa anak-anak mulai memahami makna dari bacaan.
3. Didikan Subuh Ahad - Pagi Penuh Keberkahan
Setiap Minggu pagi, kami melaksanakan Didikan Subuh Ahad. Kegiatan ini diawali dengan shalat Subuh berjamaah, dilanjutkan dengan khutbah singkat, pembacaan Asmaul Husna, latihan adzan, serta hafalan Rukun Islam dan Rukun Iman.
Tantangan dan Semangat
Tantangan terbesar bukan dari fasilitas, melainkan dari motivasi anak-anak. Ada yang lebih memilih bermain, ada yang rumahnya jauh, bahkan ada yang absen karena sakit. Namun, dengan pendekatan personal, sapaan hangat, dan apresiasi kecil, mereka kembali bersemangat.
Saya sadar, pengabdian bukan hanya mengajar, tetapi juga membangun hubungan hati. Anak-anak merasa diterima, dicintai, dan dihargai. Mereka tidak hanya belajar huruf demi huruf, tapi juga merasakan kasih sayang, perhatian, dan nilai persaudaraan yang menguatkan.
Dari Kampung Kito, Untuk Masa Depan Qur'ani
Kini, Masjid Darul Iman tak lagi sepi. Suara anak-anak mengaji menggantikan kesunyian. Saya percaya, perubahan dimulai dari hal kecil - satu anak berani membaca, satu huruf dilafazkan dengan sabar, satu malam diisi cahaya Al-Qur'an.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
"Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur'an), maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR. Tirmidzi)
Pengabdian ini mengajarkan saya satu hal penting: masyarakat bukan sekadar objek, tetapi mitra dalam pendidikan. Anak-anak bukan sekadar murid, melainkan aset bangsa yang harus diberdayakan. Masjid bukan hanya tempat ibadah, melainkan pusat peradaban yang dihidupkan.
Refleksi Kegiatan KUKERTA
Sebagai mahasiswa, saya merasa bahwa program KKN Mandiri ini menjadi laboratorium nyata untuk menerapkan ilmu yang selama ini saya pelajari di kampus. Teori pendidikan Islam yang sering hanya saya temui dalam buku kini menemukan bentuk nyatanya di lapangan.
Saya belajar bahwa pendekatan kontekstual sangat efektif diterapkan di masyarakat. Anak-anak lebih mudah memahami jika materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika membahas hukum mad, saya memberi contoh bacaan dalam doa sehari-hari. Metode ini membuat mereka merasa dekat dengan Al-Qur'an.
Lebih jauh, kegiatan ini juga memperlihatkan bahwa peran mahasiswa tidak berhenti pada masa KKN. Keberlanjutan program sangat ditentukan oleh dukungan masyarakat dan takmir masjid. Karena itu, saya berusaha menanamkan rasa memiliki pada jamaah agar GEMAR Qur'ani Darul Iman bisa terus berjalan meski saya  Kembali ke kampus.
Terima kasih kepada:
- Dr. H. Mahmud MY, M.Pd., Ketua Masjid Darul Iman
- Ustadz Rizki dan Ustadz Hakim, marbot masjid sekaligus alumni UIN Jambi
- Seluruh anak-anak Masjid Darul Iman yang setia hadir
Semoga GEMAR Qur'ani Darul Iman terus berjalan, bukan karena saya pernah ada, tetapi karena semangat ini sudah menjadi milik bersama. Semoga Allah meridhai setiap huruf yang dilantunkan anak-anak ini dan menjadikannya cahaya bagi masa depan mereka.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhÂ
UINSTSJambi #LPPMUINSTSJambi #Kukerta52 #MembangunKampungKito #Tarbiyahdankeguran #Pendidikanagamaislam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI