Mohon tunggu...
Laila Umar
Laila Umar Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar sepanjang hayat, membaca dan mengamati

Bersama kesulitan ada kemudahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Ibadah Qurban Menjadi Sebuah Drama

2 Juli 2023   21:08 Diperbarui: 2 Juli 2023   21:18 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sapi qurban pexels.com

Umat islam di seluruh dunia  baru saja menyelesaikan suatu moment yang sangat penting, yaitu hari raya Idul Adha yang merupakan hari raya kedua dalam islam selain Idul Fitri. Ada dua peristiwa yang terkait hari raya Idul Adha ini, yaitu ritual ibadah haji yang dilakukan oleh kaum muslimin di tanah suci, dan pelaksanaan ibadah qurban yaitu pemotongan hewan qurban yang dilakukan oleh seluruh kaum muslimin di seluruh dunia yang memiliki kemampuan secara finansial.

Namun apa jadinya jika pelaksanaan ibadah qurban ini berubah menjadi sebuah drama yang dikonsumsi publik melalui media sosial?

Sebagaimana diketahui bahwa baru-baru ini jagat media sosial Indonesia dihebohkan dengan peristiwa terkait pemotongan qurban ini, yaitu perseteruan antara seorang penyanyi kondang dengan seorang pengurus Rt.  

Masing-masing pihak mengklaim kebenaran mereka, sang penyanyi mengklaim bahwa hewan qurbannya ditolak dan ia dimintakan sejumlah uang jika ingin sapinya dipotong di masjid sekitar tempat tinggalnya. Sedangkan Pak Rt menyanggah dan membantah tudingan tersebut.

Terlepas dari siapa yang benar dan siapa yang salah, maka sudah seharusnyalah kita bersikap bijak dalam menyikapi setiap berita atau peristiwa yang beredar di media sosial. Karena kebenaran yang nampak di permukaan media sosial bukanlah hal yang pasti.

Terkait dengan ibadah qurban, adalah ibadah yang sakral yang diperintahkan oleh sang Khalik untuk hamba-hamba-Nya yang memiliki kecukupan finansial. Hukum melaksanakan ibadah qurban menurut jumhur ulama termasuk madzhab Syafi'i adalah sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan. Meskipun ada sebagian ulama lainnya yang mewajibkan bagi orang yang mampu.

Tujuan melaksanakan ibadah qurban ini adalah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah pada hari-hari tasyriq. Keikhlasan dan ketakwaan adalah hal utama dalam pelaksanaan ibadah qurban. Karena didalam Alquran surah al Hajj ayat 37 Allah menegaskan bahwa daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.

Sudah seharusnya hal tersebut menjadi motivasi bagi mereka yang hendak berqurban, yaitu ikhlas, bukan riya atau berbangga-bangga dengan harta yang dimiliki dan juga bukan sebagai rutinitas tahunan.

Banyak hikmah yang terkandung dalam ibadah qurban, diantaranya:

  • Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan.
  • Menghidupkan dan meneladani ajaran Nabi Ibrahim khalilullah.
  • Mengingat dan meneladani kesabaran dan keikhlasan nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimassalam, sebagaimana kita tahu bahwa Allah telah menguji bapak dan anak itu untuk berkorban yaitu menyemblih putranya, berkat kesabaran dan keikhlasan keduanya Allah pun menggantinya dengan seekor kambing. Maka sudah seharusnyalah setiap mukmin mencontoh kesabaran beliau dalam melakukan ketaatan kepada Allah serta mendahulukan kecintaan kepada Allah daripada hawa nafsu dan sahwatnya.
  • Selain itu ibadah qurban juga menjadi sarana solidaritas dan menjembatani antara si kaya dan si miskin, dimana daging-daging qurban itu dibagikan kepada seluruh masyarakat terutama kaum dhuafa, sehingga semua pihak dapat merasakan kegembiraan bersama dalam suasana penuh rasa syukur.

Namun sayang di era sekarang ini ritual ibadah qurban berubah menjadi drama  adu kebanggaan oleh segelintir kelompok masyarakat dan tokoh, mereka saling berlomba memfublikasin hewan-hewan yang mereka beli, semakin besar semakin mahal akan semakin menuai decak kekaguman, sehingga nilai-nilai keikhlasannya menjadi ternodai. Meskipun perkara riya atau tidak itu adalah masalah hati, namun hendaklah kita kembali pada apa tujuan yang hendak diraih dengan ibadah qurban ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun