Akhir-akhir ini pejabat negara menjadi sorotan disebabkan adanya beberapa peristiwa yang menjadi bahan perbincangan publik bahkan menimbulkan kericuhan. Dunia pendidikan terpukul dikarenakan merasa gagal dalam mengemban amanah pendidikan terhadap mereka yang sudah terpilih menjadi pejabat. Bukan membanggakan malah menyusahkan , diawali dari senangnya pamer kemakmuran hingga berujung pada kebijakan yang tidak memihak rakyat.
Ada apa dengan pejabat di negeri ini? hingga tak memiliki rasa empati dan simpati, padahal berdirinya negara ini diawali dengan perjuangan dan kesulitan yang penuh terjal dan berliku, namun setelah alam kemerdekaan dapat diraih malah segelintir orang yang mengaku sebagai pejabat tidak mau lagi memikirkan rakyat yang justru telah mengangkat mereka pada posisi ini. Hilang sudah rasa terima kasih pada rakyat yang  telah memilihnya, tinggalah keinginan untuk menggantikan semua pengorbanan yang telah dikeluarkan selama masa pemilihan umum.
Sebenarnya kondisi ini tidak begitu mengherankan jika kita lihat data dari PISA tahun 2022 Indonesia berada pada peringkat ke 69 dari 80 negara untuk literasi membaca dengan skor 359, yang menandakan peningkatan dibandingkan PISA pada tahun 2018 tetapi masih jauh di bawah standar Internasional dan rata-rata OECD.
Mengapa Literasi membaca buku dapat membantu seorang pejabat meraih posisi yang tinggi dengan karakter yang bijaksana, disegani oleh rakyat dan mudah mendapatkan peningkatan karir?, jawabannya adalah seorang pejabat antara lain harus memiliki kriteria sebagai berikut: mampu memimpin diri sendiri (mengendalikan diri), berkembang secara berkelanjutan, mendengarkan dengan empati, menerapkan integritas, mengambil keputusan yang matang dan adil serta menjadi teladan positif bagi orang lain. Semua hal ini melibatkan pengembangan kemampuan intelektual dan spiritual, serta membangun karakter yang kuat untuk menghadapi segala tantangan.
 Jika seorang pejabat secara konsisten melakukan literasi membaca untuk mengembangkan dirinya baik secara intelektual dan spiritual maka tidak akan ada skenario stagnan karir apalagi digugat turun oleh rakyat karena kinerja yang tidak memuaskan.
Terima kasih sudah membaca....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI