Sudah beberapa kali saya menulis soal kucing. Saya pemilik 3 kucing yang manis, dan kakak seekor kucing buta yang dipelihara Bapak. Saya juga termasuk orang yang feeling good sama kucing karena kucing yang saya pegang biasanya nurut dan diam. Singkatnya, saya ini cinta binatang. Karena itu, saya gabung dengan grup pecinta binatang di FB (yang kebanyakan malah pecinta guguk), tapi guguk, kucing, kera, dan burung semuanya dapat perhatian yang sama.
Akibatnya pada saya? Saya jadi takut buka postingan dari kawan di grup itu! Kenapa? Karena kesedihannya luar biasa!
Mungkin pembaca belum banyak yang tahu bahwa tingkat bunuh diri pada para penyelamat binatang ini tinggi. Bukan hanya masalah uang, tapi tiap individu binatang itu punya kepribadian dan cara penanganan yang berbeda. Setiap binatang punya kebutuhan yang berbeda. Beruntung kalau si rescuer punya Alpha dog, si Alpha bisa Bantu memantau keadaan guguk yang baru diselamatkan. Kalau tidak? Kalau misalnya si rescuer punya 6 ekor guguk yang diselamatkan, dan pemulihan mereka beragam, sama seperti ibu yang punya 6 orang anak balita. Semuanya minta diperhatikan, semuanya punya kebutuhan yang berbeda. Badan tidak cukup istirahat, apalagi kalau juga memikirkan si anak itu butuh operasi dan adiknya perlu pengobatan lanjutan. Badan capek, pikiran capek, ditambah omongan nyinyir dari orang sekitar, lalu.. DOR! Dinding pertahanannya dia runtuh.
Setelah membaca paragraf barusan, mungkin ada pembaca yang berprasangka; kalau memang sudah stress buat apa nambah-nambahin kerjaan ngambilin guguk jalanan? Jawabannya adalah panggilan hati. Dan yang namanya panggilan hati ini sama seperti cinta. Dia buta. Dan dia sangat menuntut, nggak peduli kondisi dan badan kita seperti apa. Dia buruk rupa tapi kitanya cantik jelita, kalau sudah cinta mau diapakan? Semakin dipisahpun, kalau sudah panggilan hati mungkin akhir kisahnya bakal sama seperti Romeo dan Juliet. Mati percuma.
Dan yang namanya panggilan hati untuk menyelamatkan binatang (terutama guguk) untuk teman-teman saya tinggi sekali. Walaupun uang mereka habis, mereka akan tetap berusaha menampung sementara, sambil juga teriak butuh bantuan. Guguknya sakit, ketabrak, kelaparan, baru lahir, itu bagaikan mampu tercium oleh teman-teman rescuer. Biasanya berhasil, karena FB adalah komunitas yang sangat luas. Tapi kalau sudah masuk ke postingan guguk hilang, ini yang bikin hati ini ngilu.
Telah hilang, si Browny, terakhir kali terlihat sedang diseret dua orang laki-laki dari halaman rumah yang punya. Telah hilang, Snowy, di sekitar jalan raya, pakai baju warna kuning. Dan biasanya, foto yang dipajang adalah foto si kesayangan sedang tersenyum bahagia. Kalau saya yang lihat, ih, sakitnya itu disini. Si kesayangan yang bahagia, harus terenggut dan direnggut dari orang yang menyayanginya untuk disiksa. Dijual lagi di pasar hewan, atau malah masuk ke kuali. Jadi sup.
[caption caption="iklan kehilangan, sumber fb grup"][/caption]
Anehnya, banyak orang yang berpendapat kalau binatang….tetaplah binatang. Buat apa ditangisi. Terlebih lagi, buat apa dipelihara? Lebih baik pelihara anak yatim, lebih pahala. Katanya. Atau lebih baik perhatikan anak-anak yang di kolong jembatan. Nah, apakah orang yang punya pendapat seperti itu sudah melakukannya? Memelihara anak yatim atau memperjuangkan nasib anak-anak kolong jembatan? Apakah mereka yang berkomentar itu punya kasih sayang? Kalau dengan sesama makhluk hidup saja tidak punya kasih sayang, bagaimana bisa berkasih sayang dengan sesama umat manusia?
Adalah suatu tanggung jawab kita bersama menumbuhkan rasa cinta anak-anak kepada lingkungan, kepada alam dan binatang. Enggak usah ke tingkat ekstrim seperti kawan-kawan saya, rescuer militan itu. Cukup dengan tidak menyepak kucing/guguk, atau menjadikan burung sebagai sasaran tembak, saya rasa sudah cukup. Walaupun pada kenyataannya, masalah yang dihadapi oleh binatang jalanan lebih kompleks dari ditendang atau diusir saja. Tapi, seperti setetes air yang turun di batu yang sama, setiap langkah kecil akan berarti bila kita melakukannya dalam jangka waktu yang lama. Dan dengan demikian, mungkin, beban depresi para pecinta binatang ini bisa terangkat sedikit. Semoga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI