Mohon tunggu...
Lili Mulyani
Lili Mulyani Mohon Tunggu... Ibu empat orang anak, ASN Pemkot, Guru Inspirator aktiv literasi FIM Banten 2023.

Menulis bukanlah hobi, tetapi nafas kehidupan yang bukan hanya sebagai terapi jiwa namun sekaligus mampu untuk mengenali diri serta berdialog dengan masa depan. Dengan menulis berati kita menciptakan jalan pulang yang nikmat sekaligus indah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Aksara : Bisikan Ilahi yang Menuntun Manusia Kembali ke Asalnya

16 Mei 2025   15:50 Diperbarui: 16 Mei 2025   15:50 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dalam kesunyian malam atau riuhnya dunia, ada sesuatu yang tetap hidup di dalam dada manusia: kata. Ia datang dalam diam, terangkai perlahan, lalu menjelma menjadi aksara. Namun, aksara bukan sekadar bentuk visual dari bahasa---ia adalah napas jiwa, pantulan dari fitrah manusia yang merindukan kebenaran.

Pernahkah kita berpikir, mengapa manusia menulis? Mengapa ia terdorong untuk mencatat, mencurahkan, dan merangkai makna dalam bentuk huruf? Karena sejatinya, aksara bukan hanya alat komunikasi, melainkan bisikan Ilahi---suara halus dari langit yang bersemayam dalam diri manusia, mengajaknya untuk merenung, mengenal diri, dan mengenal Tuhannya.

Allah SWT yang Maha Mengetahui, tidak sekadar menciptakan manusia dengan fisik, tapi membekalinya dengan akal, bahasa, dan kesadaran. Dalam Al-Qur'an, ketika Allah mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama benda, itu bukan hanya pengajaran linguistik, melainkan penganugerahan jati diri: kemampuan memahami, memberi makna, dan mengenali kebenaran. Dari situ, tumbuh bahasa. Dan dari bahasa, lahirlah tulisan. Maka aksara adalah anugerah spiritual, bukan sekadar hasil budaya.

Manusia menulis bukan hanya untuk menyimpan informasi. Ia menulis untuk memahami kehidupannya sendiri. Dalam setiap untaian kata, ia sedang mencari arah, menggali makna, merawat harapan, dan terkadang---tanpa sadar---ia sedang berdialog dengan Tuhan. Ketika pena menyentuh kertas, ada percikan nurani yang tak bisa dijelaskan logika: ada rindu yang dituliskan, ada syukur yang dituangkan, ada doa yang diam-diam disisipkan.

Dan bukankah Al-Qur'an adalah tulisan yang diturunkan dari langit? Firman yang menjadi petunjuk, dalam bentuk aksara yang dibaca, direnungi, dan dihidupi. Bukankah ini pertanda bahwa Allah memilih tulisan sebagai jalan pulang bagi hati yang tersesat? Maka, tak berlebihan jika dikatakan: "Aksara adalah bisikan Ilahi yang dititipkan ke dalam jiwa manusia---agar ia tak lupa jalan pulang kepada-Nya."

Kalimat ini bukan sekadar kutipan puitis. Ia mengandung pesan dalam: bahwa di balik setiap tulisan yang jujur, ada cahaya yang memancar. Setiap huruf yang ditulis dengan keikhlasan, bisa menjadi petunjuk bagi orang lain. Setiap paragraf yang dilandasi kebenaran, bisa menjadi lentera bagi jiwa-jiwa yang gelap. Dan setiap tulisan yang lahir dari perenungan, adalah bentuk dzikir---sebuah upaya untuk mengingat kembali siapa kita, dari mana kita datang, dan kepada siapa kita akan kembali.

Aksara bukan tujuan, ia adalah jalan. Jalan untuk menyampaikan hikmah. Jalan untuk menyentuh hati. Jalan untuk mempertemukan manusia dengan Rabb-nya. Dan hanya mereka yang menulis dengan hati, serta membaca dengan jiwa, yang akan menemukan bahwa menulis adalah bentuk ibadah, dan membaca adalah ziarah ke dalam diri.

Jadi, jika hari ini kita masih bisa menulis, bersyukurlah. Sebab itu artinya Allah masih menitipkan bisikan-Nya. Ia masih ingin kita mengingat, merenung, dan kembali.

Dan bila hari ini kita membaca---bacalah bukan hanya dengan mata, tapi dengan jiwa. Karena mungkin, lewat satu aksara, Allah sedang berbicara kepada kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun