Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mampukah Kancil Milenial Menyingkirkan si Corona Bengal dari Hutan Cengkar?

13 April 2020   14:58 Diperbarui: 27 Januari 2024   20:02 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kabar viral telah meresahkan warga hutan Cengkar. Seekor harimau yang menghuni Kebun Binatang Bronx di New York dinyatakan positif terjangkit Covid-19. Akhirnya terbukti bahwa si virus keji tak hanya mengincar manusia, tetapi kaum binatang juga disasarnya.

Memang si harimau berada jauh di Amerika sana, seakan-akan tak mungkin menularkan virusnya kepada warga Cengkar. Namun siapa tahu di antara warga hutan ini ada yang pernah berhubungan dengannya. Bukankah belum dilakukan penelusuran kontak terhadap si Harimau Melayu yang nyasar ke Kebun Binatang itu?

Dan yang lebih mengkhawatirkan, otoritas Hutan Cengkar belum pernah melakukan real time test menggunakan sistem Polymerase Chain Reaction (PCR) terhadap warganya yang baru tiba dari perantauan. Jangankan PCR, pengukur suhu badan yang seperti pistol mainan saja pihak berwenang di hutan ini tak memilikinya.

Di antara warga hutan yang dilanda kepanikan, si Kancil termasuk yang merasakan cemas agak berlebihan. Bagaimana tidak, hampir semua warga hutan mengenal binatang berbadan mungil itu sering berkelana keluar masuk hutan hingga ke pemukiman manusia. Tentu saja banyak makhluk hidup berisiko terpapar virus Corona yang sering ditemuinya.

Dan baru beberapa hari yang lalu, si pelanduk berkunjung ke sebuah desa di tepi hutan Cengkar. Untuk tujuan apalagi kalau bukan mencuri ketimun di ladang Pak Tani. Ladang ketimun di pinggiran desa itu memang merupakan tempat kuliner favorit si Kancil.

Dalam kisah "Kancil Milenial dan Hoaks yang Gagal" yang telah ditayangkan di Kompasiana (baca kisah serunya di sini), Kancil baru kembali ke hutan setelah gagal menyambangi ladang milik Pak Tani. Ia tak mungkin memungkiri kenyataan ini karena banyak binatang yang menjadi saksi, termasuk sekumpulan buaya yang bermukim di kali.

kompasiana-jpg-5e94189fd541df1c994a7af3.jpg
kompasiana-jpg-5e94189fd541df1c994a7af3.jpg
Itulah beberapa hal yang membikin si Kancil menyesal. Yang jelas, ia takut terjangkit virus Corona yang terkenal ganas. Bisa jadi ia telah menyentuh cairan tubuh yang menetes dari mulut atau hidung Pak Tani yang menempel pada bulir-bulir ketimun yang hendak dicuri.

Tak mustahil pula buaya-buaya penghuni sungai yang telah menularkan virus kepadanya. Binatang yang terkenal akan air matanya itu sangat mungkin terkena cipratan air liur gadis-gadis desa yang sering mandi di sungai tak jauh dari tempat tinggal mereka.

Kalau untuk menghadapi binatang-binatang lain, si Kancil masih sangat yakin. Ia memiliki kemampuan tipu daya yang telah berhasil mengelabui banyak hewan di sekitarnya. Termasuk jika harus berhadapan dengan Singa atau Macan yang terkenal galak, ia tak akan mengelak.

Namun yang menghantuinya kini adalah Corona. Bagaimana caranya main tipu-tipu sama makhluk super mini yang bahkan keberadaannya pun tak pernah ia ketahui.

Mustahil si Kancil bisa mengajak virus ini pergi ke sumur, lalu membohonginya untuk melongok ke dasar sumur agar si virus tercebur. Akal licik ini memang berhasil mengecoh Singa, tapi tak mungkin mengakali virus Corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun