Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

TVRI di Masa Lalu, Iklan pun Dinanti-nanti

24 Agustus 2019   05:01 Diperbarui: 24 Agustus 2019   07:32 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kenangan yang paling saya ingat dari keberadaan TVRI adalah tayangan kesenian daerah Jawa Tengah dan DIY yang bernama Ketoprak. Acara semacam drama tradisional berbahasa Jawa ini ditayangkan oleh TVRI Stasiun Yogyakarta.

Maka tak heran, penggemar paling fanatik program ini adalah Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sepuh (berusia lanjut) yang hanya mengenal bahasa Jawa.

Pada malam tayangnya acara ini, seingat saya seminggu sekali, warga dusun telah berkumpul di depan televisi milik salah seorang warga, setidaknya setengah jam sebelum lakon dimulai. Saat itu di dusun bapak saya hanya segelintir warga yang memiliki pesawat televisi. Dan tentu saja semuanya tanpa warna.

Warga berlomba-lomba datang duluan untuk "memesan" kursi "VIP". Jajaran pemirsa "VIP" akan mendapatkan posisi duduk yang nyaman di kursi milik tuan rumah. Tentu saja bersama sang tuan rumah.

Sementara penonton lainnya lesehan di tikar atau berdiri di belakang kursi. Namun demikian, etika tetap dikedepankan. Meskipun datang belakangan, orang tua tetap akan disilahkan duduk di kursi oleh yang lebih muda.

Waktu tunggu penayangan Ketoprak yang lumayan lama disiasati warga dengan berbagai cara. Paling umum tentu saja menggelar obrolan bertema kejadian-kejadian terbaru di seputar dusun. Sekawanan anak-anak hampir selalu mengisi waktu dengan berlarian ke sana kemari.

Sementara itu, ada pula ibu-ibu yang "panen kutu" dari beberapa kepala ibu-ibu lainnya. Yang belum ada di sana barangkali pasar tiban saja.

Bila gamelan (alat musik tradisional daerah Jawa Tengah dan DIY) telah ditabuh, maka segala aktivitas akan berhenti. Panggung teater rakyat akan segera dibuka. Semua mata tertuju ke satu titik, layar televisi, sebab acara idaman segera tayang.

Iklan pun Menjadi Hiburan

Mungkin karena sangat minimnya hiburan dan juga barangkali karena tiadanya alternatif tontonan selain TVRI, iklan pun kadang-kadang diperlakukan sebagai hiburan. "Tiada rotan, akar pun berguna", begitu barangkali pikiran orang-orang di masa itu.

Seingat saya, waktu itu ada jam khusus tayangan iklan yang diberi judul program "Mana Suka, Siaran Niaga". Dalam tempo sekitar setengah jam, TVRI memberi kesempatan para pebisnis mengiklankan produk mereka. Dan banyak pemirsa yang menikmatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun