Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beda Perlakuan Manusia terhadap Sengon dan Pinang

14 Agustus 2019   15:13 Diperbarui: 15 Agustus 2019   12:50 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com | GARRY ANDREW LOTULUNG


Ada dua jenis tanaman yang sangat populer di bulan ini. Yang pertama pohon sengon dan kedua pohon pinang. Pohon sengon telah mengenyam popularitasnya sejak awal bulan. 

Sedangkan pohon pinang akan mengulang tradisi tahunan, baru memulai kiprah populernya menjelang perayaan hari kemerdekaan RI. Namun kedua jenis tumbuhan itu "merasakan" popularitas sesaat dalam suasana "batin" yang jauh berbeda.

Nasib Nahas PohonSengon
Anda tentu masih ingat nasib nahas sebatang pohon sengon yang tumbuh di daerah Ungaran, Jawa Tengah. Dalam tragedi padamnya listrik selama beberapa jam pada sekitar setengah pulau Jawa beberapa waktu yang lalu, ia sempat menjadi terduga pelaku kejahatan berskala nasional itu. 

Saat ini penyelidikan masih terus dilakukan atas kasus langka itu. Jika kelak saksi-saksi yang diperiksa memberikan keterangan yang mengarah kepada keterlibatan si pohon sengon, jangan-jangan ia dipanggil menghadap para penyidik di kantor polisi. Mengingat kondisinya yang tak bisa melangkah ke mana-mana, apa mungkin ia dijemput paksa dengan dalih tak memenuhi panggilan polisi? Bagaimana pula jika ia harus ditahan?

Padahal pohon yang bernama ilmiah Albizia chinensis itu telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia. Selain batangnya menjadi andalan industri pengolahan kayu sebagai bahan substitusi kayu alam yang semakin langka, bagian-bagian "tubuh" pohon sengon yang lain juga berguna. 

Sebut saja misalnya biji buah sengon yang bisa dijadikan bahan camilan yang sehat, atau daun sengon yang kabarnya bekhasiat bagi kesehatan tubuh manusia. Pendek kata, hampir semua bagian tanaman sengon telah diketahui bisa menyumbang faedah bagi kehidupan manusia.

Mengingat pohon sengon tak mungkin sengaja mengacaukan perlistrikan Indonesia, serta mempertimbangkan juga jasa pohon sengon yang demikian banyak, kita berharap agar sengon tidak sampai kenapa-kenapa. Seperti pepatah Jawa "Becik ketitik ala ketara", semoga pihak yang sesungguhnya menjadi penyebab tragedi listrik yang bikin murka kepala negara ini segera tertangkap sehingga si sengon bisa kembali "beraktivitas" dalam damai.

Namun ia tak kan mungkin kembali menjalankan fungsinya selaku tanaman multi manfaat. Ternyata pohon malang itu telah ditebang dalam lingkaran garis kuning yang dipasang polisi. Jadi, seandainya penyelidikan dan peradilan yang dilakukan pihak berwenang kelak menyuguhkan ketetapan yang berbeda, si sengon telah telanjur menemui ajalnya. 

Nasib nahas tidak hanya akan menimpa si "pelaku", tapi akan berdampak juga bagi keluarga dan masyarakat sengon di seluruh tanah air. Ke depan, dengan adanya "kejahatan" yang dilakukan si sengon, kemungkinan bangsa sengon akan mendapat pengawasan lebih ketat. Terutama sengon-sengon yang bermukim di sekitar kabel listrik. 

Kiprah Gemilang si Pohon Pinang
Berbeda 180 derajat dibandingkan nasib pohon sengon, peruntungan pohon pinang pada bulan kemerdekaan ini sungguh akan menjulang. Ia menjelma menjadi pohon "pujaan bangsa". Ia dibutuhkan di mana-mana. Kehadiran mereka dinantikan banyak manusia. Saat inilah masa keemasan si pohon pinang.

Sebenarnya di luar peran sentralnya menyemarakkan Hari Kemerdekaan, tanaman pinang memiliki segudang kegunaan. Beberapa zat yang terkandung dalambiji pinang diyakini berkhasiat bagi kesehatan manusia. Di antaranya menguatkan gigi dan gusi, menyembuhkan berbagai penyakit kulit hingga mampu meningkatkan gairah kejantanan pria.

Namun, status menjadi primadona menimbulkan dampak buruk bagi kelangsungan hidup si pinang. Karena diburu secara besar-besaran setiap tahun, populasi tanaman yang buahnya banyak digunakan dalam tradisi mengunyah pinang di beberapa daerah ini semakin berkurang dari tahun ke tahun.

Layaknya komoditas ekonomi lainnya, batang pinang pun tunduk pada hukum ekonomi. Kelangkaan pohon pinang berkorelasi langsung dengan harga jualnya. Kabarnya harga komoditas yang satu ini semakin membubung ke langit.

Kini sudah mulai muncul upaya pengalihan penggunaan batang pinang sebagai bahan lomba panjat pinang pada acara-acara tujuh belasan dengan barang substitusinya, yakni batang bambu. Ini merupakan langkah antisipasi semakin mahalnya harga batang pinang.

Jangan-jangan suatu hari nanti kita tidak menemukan lagi keriuhan panjat pinang. Bukan keriuhannya yang hilang, tetapi panjat pinangnya telah berganti nama menjadi panjat bambu.

Itulah dua tanaman yang lagi naik daun namanya. Keduanya sama-sama memberikan banyak manfaat bagi manusia, tetapi manusia memberikan perlakuan yang berbeda terhadap keduanya. Walaupun pada akhirnya nasib mereka toh sama saja, sama-sama ditebang.

Referensi: 1, 2, 3, 4.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun