Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berkata Baik atau Menyendiri di Kamar Saja

9 Februari 2019   16:51 Diperbarui: 9 Februari 2019   17:07 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tribunnews.com

Selamatkan Waktu dari Kesia-siaan
Sebuah kutipan yang disampaikan oleh Dr. Aidh al-Qarni dalam bukunya yang berjudul "La Tahzan" layak mendapatkan tempat sebagai bahan renungan.

"Atas dasar itu, harapan saya adalah supaya Anda menjalani bagaimanapun kondisi Anda, tetap menyendiri di 'kamar' Anda dan hanya keluar untuk berkata atau berbuat baik saja. Pada saat seperti itu hati Anda akan benar-benar menjadi milik Anda, sehingga waktu dan umur Anda selamat dari kesia-siaan, lidah Anda terhindar dari menggunjing (ghibah), hati Anda bersih dari kerisauan, telinga Anda terjauhkan dari ucapan kotor, dan jiwa Anda bebas dari berburuk sangka." 

"Barang siapa mencoba sesuatu, niscaya akan mengetahuinya. Barang siapa membiarkan dirinya hanyut dalam gumpalan kasak-kusuk dan terseret ke dalam komunitas orang-orang yang tidak berilmu, serta senang berbuat yang sia-sia, maka katakan kepadanya: Selamat tinggal!"

Dr. Aidh al-Qarni menyarankan agar kita hanya "keluar kamar" untuk berkata dan berbuat baik saja. Jika tak mampu melakukan keduanya, silakan menyendiri di kamar saja.

Pada masa itu menyendiri di kamar bisa diartikan sebagai isolasi total dari dunia luar. Dunia di era al-Qarni menulis buku La Tahzan belum didominasi oleh digitalisasi segala urusan. Sistem komunikasi daring belum semerebak masa kini.

Sungguh berbeda kondisinya dengan masa sekarang. Pada zaman kini, sendirian di kamar tidak berarti terisolasi. Selama sinyal internet masih menjangkau gawainya, orang tetap bisa menyebarkan pesan atau berita apa saja. Jadi, barangkali pernyataan Dr. al-Qarni perlu diberi tambahan "tanpa gawai dan kuota". Jika tidak, maka akan percuma saja.

Dan yang kini banyak terjadi justru sebaliknya. Orang sengaja keluar rumah dan menyempatkan diri untuk menyampaikan kata-kata dusta dan sampah. Atau kalaupun tetap ngendon di rumah, jemarinya sangat aktif mengetik kalimat-kalimat dengan nada yang serupa.

Jika kita menemukan orang yang hobi berbuat demikian, kita disarankan untuk mengucap selamat tinggal kepadanya. Sebuah ungkapan mengatakan, "Jika engkau ingin mengetahui bagaimana seseorang, maka lihatlah sahabatnya." Bersahabat atau berteman dekat dengan orang-orang penyebar kebencian dan kebohongan, maka kita pun akan serupa dengan mereka.

Referensi:

"La Tahzan", Dr. Aidh al-Qarni, Qisthi Press.

Berapa Jumlah Hoaks Ujaran Kebencian dari 2017-2018, Berikut Datanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun