Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wayang Suket, Kerajinan yang Masih Langka

11 Januari 2019   10:43 Diperbarui: 11 Januari 2019   11:36 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : purbalingganews.net

Wayang suket? Ya, mungkin bagi sebagian orang wayang suket ini masih terdengar asing di telinga. Karena yang biasa terdengar oleh masyarakat pasti tentang wayang kulit ataupun wayang golek yang biasa digunakan untuk pagelaran wayang.  Lantas apa itu wayang suket?

Wayang suket merupakan kerajinan wayang yang terbuat dari suket (rumput, red). Wayang suket sendiri telah berkembang di Kabupaten Purbalingga sejak puluhan tahun silam. Dulu, di tangan Mbah Kasan Wikramatullah, suket dianyam menjadi wayang. Ia salah satu seniman yang melahirkan adanya kerajinan wayang suket.

Mbah Kasan wafat pada tahun 1996. Namun, darah seninya tidak hilang begitu saja. Darah seni membuat wayang suket rupanya turun pada cucunya, Badriyanto. Sejak kecil, Badriyanto selalu tertarik ketika melihat sang kakek membuat wayang suket hingga dia belajar membuat anyaman dari suket seorang diri.

Sebelum kakeknya wafat, Badriyanto belajar membuat wayang suket sejak tahun 1995 ketika usianya 13 tahun. Untuk membuat sebuah tokoh wayang dari suket, awalnya ia membutuhkan sebuah gambar, namun sekarang ia tidak lagi memerlukan gambar untuk membuat satu buah tokoh wayang menggunakan suket.

Kini, kepiawaiannya dalam membuat wayang suket sudah menjadi kegiatannya di samping pekerjaannya sebagai tukang kayu. Untuk membuat satu buah wayang suket awalnya ia memerlukan waktu hingga satu bulan lamanya. Namun, sekarang ia hanya membutuhkan waktu tiga sampai empat hari untuk membuat wayang suket berukuran kecil dan satu minggu untuk wayang suket berukuran besar.

Tokoh-tokoh yang pernah dibuatnya seperti tokoh pandawa, punakawan dan tokoh pewayangan lainnya. Ia biasanya membuat wayang suket sesuai dengan pesanan pembeli. Setiap bulan ia menerima dua sampai tiga kali pesanan wayang. Kebanyakan pesanan datang dar Solo, Jakarta, dan Bali.

Pesanan wayang suket mulai banyak ketika ia mengikuti pameran di Jakarta pada Tahun 2012. Di sana ia menunjukan kepada pengunjung pameran bagaimana cara membuat wayang suket secara langsung.

Namun, pemesanan wayang suket dalam jumlah yang banyak, masih terkendala bahan dan pemasarannya. Bahan dari wayang suket sendiri merupakan rumput liar yang tumbuh di area hutan wilayah Kecamatan Rembang. Rumputnya pun bukan sembarang rumput karena rumput yang bisa digunakan hanyalah rumput kasuran.

Sedangkan, rumput kasuran ini dipanen setahun sekali bertepatan dengan musim kemarau. Namun produksinya pun tidak terlalu banyak dan butuh kejelian untuk bisa mendapatkan rumput kasuran.

Ia pernah mencoba membuat wayang suket menggunakan jenis rumput yang lain namun hasilnya tidak tahan lama dan cepat putus. Rumput kasuran sendiri memiliki bentuk yang hampir sama dengan rumput lainnya namun memiliki lubang ditengahnya. Rumput tersebut biasa tumbuh di lahan yang jarang digarap orang. Sehari, ia hanya bisa mendapatkan satu ikat rumput kasuran itupun tidak menentu tergantung dengan musimnya.

Sumber : rri.co.id
Sumber : rri.co.id
Namun sayang masih belum banyak orang yang tahu seperti apa wujud dari rumput kasuran. Bahkan rumput kasuran menurut Badriyanto merupakan rumput yang sulit untuk dibudidayakan.

Rupanya, wayang suket tidak hanya terkendala bahan namun orang yang memproduksi wayang suket pun masih terbilang sangat jarang. Karena di Kecamatan Rembang hanya ada dua orang yang membuat wayang suket sebagai kerajinan. Badriyanto mengakui belum siap untuk mengedukasi masyarakat karena masih minimnya bahan pembuatan wayang suket.

Keseharian bapak dua orang anak ini sebagai tukang kayu, membuatnya tidak bisa fokus pada pembuatan wayang suket. Apabila ada pesanan wayang suket ia membuatnya di sela-sela pekerjaannya ataupun di malam hari.

Untuk harga satu buah wayang suket kecil yang berukuran 20 cm dibandrol dengan harga Rp 350 ribu. Sedangkan wayang suket berukuran besar dihargai Rp 600 ribu hingga Rp 800 ribu tergantung pada tingkat kerumitannya.

Suket yang digunakan untuk membuat wayang suket pun dipilih sesuai dengan ukuran. Untuk wayang suket berukuran kecil menggunakan suket yang berukuran kecil dan wayang suket besar menggunakan batang suket yang besar.

"Satu buah wayang suket kira-kira butuh 300 batang. Untuk penganyaman direndam dulu setengah jam sampai satu jam baru bisa dianyam," kata suami dari Khadirah.

Pembuatannya boleh dikatakan cukup rumit, namun dengan keuletannya pria kelahiran 1982 ini bisa memadukan teknik anyaman hingga menghasilkan satu buah wayang suket. Ada empat teknik anyaman yang digunakan meliputi kelabangan, gedheg, tikaran dan sarang lebah.

Proses pembuatan wayang dimulai dari hidung sampai kepala menggunakan teknik kelabangan. Kemudian anyaman tikaran seperti kail untuk bagian belakang kepala dan anyaman gedheg untuk bagian tangan. Terakhir, anyaman sarang lebah, yang mana rumput dipilin hingga membentuk tali dan dibentuk menyerupai sarang lebah.

Cucu dari Mbah Kasan Wikramatullah ini terus melestarikan kerajinan wayang suket. Dukungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga pun terus bergulir dengan menjadikannya sebagai salah satu souvenir. Bahkan wayang suket ini pun terus digelorakan menjadi salah satu icon dari Kabupaten Purbalingga. (PI-7)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun