Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Keterampilan Anak Memecahkan Masalah

30 Juni 2022   06:00 Diperbarui: 1 Juli 2022   05:00 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.freepik.com)

Requiring your kids to do chores on a regular basis may be associated with them having better academic performance and problem-solving skills, according to new research from La Trobe University.

Mengharuskan anak-anak Anda untuk melakukan tugas-tugas secara teratur dapat dikaitkan dengan mereka memiliki kinerja akademik yang lebih baik dan keterampilan memecahkan masalah, menurut penelitian baru dari La Trobe University.

Saya melihat korelasi antara hasil penelitian tersebut dengan pola asuh yang saya terapkan di rumah. Memang benar, anak yang terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga akan memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Di sisi lain, anak juga mempergunakan kemampuan memecahkan masalah dalam kegiatan akademik. Misalnya saja, menjawab soal matematika.

Kegiatan belajar di rumah putri kecil hanya fokus pada pelajaran agama, matematika, science, bahasa Inggris, dan membaca. Sedangkan ektsrakurikulernya adalah wirausaha.

Jam pelajaran akademis hanya 2 hingga 3 jam per hari. Sedangkan jam ekstrakurikuler berkisar 1 hingga 1,5 jam setiap hari.

Dengan jadwal putri kecil yang agak longgar, saya mengharuskan dia melakukan pekerjaan rumah. Contohnya seperti menyapu, mengepel, meletakkan baju-baju kotor di kamar belakang, dan membuang pampers-nya ke tempat sampah.

Putri kecil memilih pet walk (mengajak jalan anjing) sebagai ektsrakurikuler wirausaha. Maka, dia melakukan olah raga jalan kaki sambil membawa jalan anjing. Dan dia mendapatkan upah dari para pelanggannya.

Kegiatan ini sudah dilakukan putri kecil selama 2 tahun. Dan dari waktu ke waktu, saya melihat suatu progres yang menarik, di mana hasilnya sesuai dengan hasil dari penelitian La Trobe University.

***

Saat anak melakukan pekerjaan rumah, otaknya menangkap banyak informasi. Dia juga belajar untuk berkonsentrasi pada tugas. 

Dan jika ada lebih dari satu tugas yang harus dilakukan anak, maka otak anak dilatih untuk berpindah fokus dari satu tugas ke tugas lainnya.

Dengan demikian, melibatkan anak untuk melakukan pekerjaan rumah akan melatih kemampuannya mengatur kehidupannya dari hari ke hari.

Pada anak yang melakukan pekerjaan rumah, kemampuan-kemampuan berikut akan berkembang:

  • Membuat perencanaan
  • Mengatur dirinya sendiri
  • Mengalihkan fokus dari satu tugas ke tugas lain
  • Memecahkan masalah
  • Mengingat instruksi

Semua kemampuan tersebut tidak langsung sempurna sekaligus pada suatu waktu. Namun, akan bertambah seiring usia dan sesuai dengan tingkat kesulitan tugas yang dibebankan pada anak.

Lantas, pada umur berapakah anak dapat dilibatkan dalam pekerjaan rumah?

Ada banyak referensi di Pinterest yang menyarankan pelibatan anak sejak 3 tahun. Sedangkan saya menyertakan putri kecil untuk melakukan pekerjaan rumah sejak umur 5 tahun.

Atau, dengan kata lain, orang tua bebas menentukan sejak usia berapa. Sebab orang tua adalah orang yang mengerti kondisi anaknya.

Dan dari usia 5 tahun hingga saat ini 9 tahun, saya senang dengan perkembangan putri kecil. Sekalipun progresnya agak lambat, tapi saya percaya segala sesuatu butuh proses.

Saya perhatikan, cara dia menjawab soal-soal akademis agak drastis berubah. Kemampuan memecahkan masalahnya jauh meningkat. Sedangkan, memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, putri kecil tetap perlu dipandu.

***

Untuk terus mengedukasi putri kecil di rumah, saya berusaha belajar dan belajar tentang parenting. Sebab dinamika parenting begitu dinamis dan permasalahannya tampaknya kecil, tetapi efeknya terhadap anak seumur hidup.

Contohnya saja, melibatkan anak melakukan pekerjaan rumah. Tampaknya sepele dan tidak diperlukan, apalagi jika memiliki ART. Namun, dampaknya justru dapat mencerdaskan anak.

Angela Garbes

Children need other people. They need family. They need friends. They need adults who are not related to them, who have a certain patience and bring something different to their life.

Anak-anak membutuhkan orang lain. Mereka membutuhkan keluarga. Mereka membutuhkan teman. Mereka membutuhkan orang dewasa yang tidak berhubungan dengan mereka, yang memiliki kesabaran tertentu dan membawa sesuatu yang berbeda dalam hidup mereka.

Saya sependapat dengan Angela Garbes, bahwa orang-orang yang aktif berinteraksi dengan anak akan memberikan "sesuatu" pada hidup anak tersebut. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun