Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Membangun Dinasti Politik dari Reputasi Baik

31 Juli 2020   16:10 Diperbarui: 3 Agustus 2020   04:16 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi popular vote. | sumber: Freepik.com

Reputasi Baik, Asal Muasal Dinasti Politik

Saat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) digandeng Joko Widodo, masyarakat Kabupaten Belitung Timur (Beltim) bangga sekaligus kecewa. Masyarakat Beltim bangga sebab putra daerah menjadi Wakil Gubernur. Namun mereka kecewa karena Ahok menjabat di Ibukota.

Padahal, Ahok sudah memulai karir politiknya di Belitung Timur sejak tahun 2005. Beliau juga menjabat sebagai DPRD Beltim untuk periode 2009 hingga 2014.

Masyarakat Belitung Timur akrab dengan keluarga Ahok, yang menguasai tambang bijih besi dan perhotelan. Ayahanda Ahok, Indra Tjahaya Purnama, dikenal sebagai figur pemimpin yang berkharisma dan baik hati.

Dinasti politik keluarga Tjahaja Purnama makin kuat dengan majunya dr. Basuri Tjahaja Purnama, M.Gizi. Sp.GK. sebagai Bupati Kabupaten Belitung Timur. Beliau dipercaya masyarakat Beltim untuk memimpin sebab reputasi baik keluarga Tjahaja Purnama.

Pilihan masyarakat terbukti benar, kinerja Basuri sangat baik. Berbekal keahliannya sebagai dokter, Basuri memperbaiki bidang kesehatan di Belitung. Masyarakat yang awalnya tidak mengenal pengobatan medis, diberikan pengobatan gratis sekaligus diedukasi.

Membangun Dinasti Politik Tidak Sembarang

Dinasti politik bukan hal yang buruk. Contohnya, dinasti politik Ahok terbangun oleh citra baik dan nama harum keluarga Tjahaja Purnama. Itupun dibuktikan lewat kinerja yang baik oleh Ahok maupun Basuri.

Fenomena dinasti politik timbul karena bibit-bibit pemimpin unggul sulit ditarik ke dalam partai politik (parpol). Sehingga parpol menambah sumber daya manusianya dengan merekrut anak, isteri, dan keluarga dari tokoh-tokoh yang sudah dikenal publik.

Masyarakat Indonesia mengenal prinsip Bibit, Bebet, dan Bobot. Dari pohon yang baik, orang-orang akan mendapatkan bibit yang baik, dan akhirnya mendapatkan buah yang baik.

Kandidat-kandidat yang akan dipilih parpol tidak mungkin berasal dari bibit narapidana kasus korupsi. Jadi, sekalipun perekrutan tersebut seputar keluarga tokoh-tokoh politik terkenal, parpol akan sungguh-sungguh memilih bibit mana yang pantas.

Lantas dari sisi bebet, watak baik atau buruk sang kandidat pun menjadi penilaian penting. Apakah wataknya cocok atau tidak untuk suatu jabatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun