Mohon tunggu...
Liem Liem37
Liem Liem37 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif

Mahasiswa prodi ilmu hadis Fakultas Ushuluddin Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Kyai Haji Ahmad Siddiq Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Biarkan Kearifan Lokal Kita Hilang

29 November 2021   09:30 Diperbarui: 29 November 2021   09:34 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah tidak asing lagi jika terdengar kata kearifan lokal, Arifan lokal berkaitan erat dengan kebudayaan khas yang melekat pada suatu wilayah tertentu. Kearifan lokal adalah sebuah keunggulan yang bisa menjadi karakteristik sebuah daerah. 

Memiliki tatanan nilai sosial kehidupan yang tinggi dan potensi yang menyertai, dikembangkan, serta dilestarikan sebagai bagian dari dinamika sosial budaya dan kehidupan modern. Kearifan lokal secara mendasar merupakan produk budaya masa lalu yang secara terus-menerus dijadikan pedoman dalam kehidupan sumber nilai lokal tetapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap universal.

Secara etimologi kearifan lokal berasal dari 2 kata yaitu Wisdom(kearifan) dan local(lokal), sebutan lainnya bentuk kearifan lokal adalah kebijakan setempat, pengetahuan setempat, kecerdasan setempat. Kearifan lokal dibagi menjadi dua yaitu karifan lokal yang berwujud dan yang tidak berwujud berwujud.

1. Kerifan lokal yang berwujud nyata

A. Bangunan atau arsitektural misalnya Candi, arsitektur rumah tradisional.

B. Benda cagar budaya atau karya seni misalnya keris dan batik

C. Tekstual misalnya sistem nilai, tatacara, kitab tradisional, kalender.

2. Kearifan lokal yang tidak berwujud

Seperti petuah yang disampaikan secara verbal dan turun-temurun yang dapat berupa nyanyian dan kidung mengandung nilai-nilai ajaran tradisional. Melalui petuah atau bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai sosial disampaikan secara oral atau verbal dari generasi ke generasi.

Akhir-akhir ini ramai menjadi perbincangan warga netizen di media sosial tentang batik sebagai budaya tradisional Malaysia oleh Miss World Malaysia, padahal batik tersendiri sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada bulan Oktober 2009 lalu  tidak hanya batik tapi wayang kulit, keris Jawa juga pernah diklaim dari Malaysia.

Dengan kejadian ini Apakah kita sebagai Pemuda pewaris bangsa ini hanya tinggal diam, Tentu saja tidak Ada banyak hal kita lakukan agar kejadian seperti ini tidak dapat terulang lagi seperti bangga memakai batik, menjadi Pelopor pergerakan cinta terhadap kearifan lokal, menjaga agar lokal yang ada di Indonesia ini agar tidak punah, jangan sampai karifan lokal menjadi ciri khas negara kita ni punah lekang dimakan oleh waktu karena tidak ada yang penggeli hati kearifan lokal, sebagian Pemuda bahkan ada yang mengatakan atau beranggapan dengan menggali arti kearifan lokal yang ada di negara ini mereka merasa Tertinggal oleh zaman padahal ada aslinya Ini adalah cara menyelamatkan kearifan lokal dari tantangan zaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun