Mohon tunggu...
Lia Kurniawati
Lia Kurniawati Mohon Tunggu... Dosen - Realistis dan No Drama

Author - Founder Manajemen Emosi & Pikiran (MEP) Dosen Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Diskusi Publik Gubernur Jabar dan Ustadz Rahmat Baequni

9 Juni 2019   13:20 Diperbarui: 9 Juni 2019   13:23 3486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Oneummahmovement

Akhir zaman dan fitnah dajjal!!

Beberapa waktu lalu sempat viral postingan pemilik akun instagram @ustadzrahmatbaequni mengenai video Masjid di salah satu rest area jalan tol KM. 88 arah Bandung menuju Jakarta, yang mengomentari tentang design arsitektur masjid hasil rancang bangun Gubernur Jawa Barat saat ini Bapak Ridwan Kamil yang sekaligus berprofesi sebagai arsitek. Rancang bangun masjid tersebut disinyalir menurut ustadz Rahmat Baequni mengarah pada persepsi illuminati atau freemansonry. Bagi prang awam akan dengan mudah menerima simbol segitiga ini dikaitkan dengan penyambutan kehadiran dajjal.

Dalam postingan ustad Rahmat Baequni yang disayangkan bahwa arsitektur Masjid AL Safar dianggap mewakili kelompok illuminati/freemansory yang notabene ini diterapkan pada arsitektur Masjid yang sangat kontradiksi. Islam memang meyakini kehadiran Dajjal namun yang sangat di sayangkan menurut ustadz mengapa arsitektur masjid tersebut banyak mengadopsi bangun datar dan bangun ruang berbentuk Segitiga, yang mengarah pada simbol-simbol kepemilikan kelompok yang bercikal bakal dari Firaun di Mesir yang mengindikasikan kehadiran Dajjal.

Dan Kemudian, dari postingan ustadz ada banyak sekali yang berkomentar, mulai dari komentar nyeleneh hingga komentar-komentar bernada serius seperti yang menyarankan untuk bertabayyun dengan Ridwan Kamil mengenai rancang bangun masjid tersebut hingga ulah Maha benarnya netizen dari sudut pandang yang pro bahwa bentuk masjid tersebut merupakan perwakilan dari penyambutan dajjal.  Puncak dari viralnya saling posting kedua tokoh tersebut pada akhirnya akan dipertemukan di Masjid Pusat Dakwah Islam atau PUSDAI Jabar di Kota Bandung esok pagi pukul 09.00 WIB dalam "Diskusi Umum Ridwan Kamil & Ustadz Rahmat Baequni".

Sepertinya perbincangan ini sangat menarik untuk di telaah dan diamati untuk menarik benang merahnya. Mari kita telaah dalam kacamata komunikasi, merunut pada asal usul penamaan benda yang kita kenal sampai dengan saat ini bermula sudah Allah ajarkan ilmu untuk mengenal berbagai benda di dunia melalui nabi Adam AS., Allah sangat menganjurkan manusia untuk saling kenal, agar dengan saling mengenal dapat bertukar pikiran dan menyepakati berbagai kemungkinan  berkembangnya dunia secara heterogen dan membentuk berbagai perubahan yang dinamis. Begitupun perubahan fisik, mimik dan perubahan suhu tubuhpun dapat manusia pelajari dengan baik sesuai dengan pemaknaan yang disepakati bersama.

Disisi lain, Allah memberikan akal dan pikiran setiap manusia itu dengan kadar, bentuk dan  elemen komposisi yang sama namun penggunaan serta maksimalisasinya akan sangat berbeda dalam mempersepsi suatu kondisi, benda maupun lingkungan sekitar kita dan ini akan tergantung pada stimulus dan respon yang didapatkan oleh setiap orang. Di sudut pandang yang kedua, Allah pun meminta kita untuk IQRO! Membaca ! artinya bukan hanya membaca secara tekstual namun juga membaca setiap perubahan yang  terjadi di lingkungan sekitar kita.

Dalam kacamata komunikasi, komunikasi merupakan proses pembacaan dan pemaknaan simbol-simbol yaang disepakati bersama oleh satu "kelompok" tertentu, kelompok ini bisa jadi satu masyarakat yang homogen maupun heterogen asalkan pembacaan satu simbol tersebut disepakati bersama. Sekali lagi ditekankan bahwa komunikasi akan berjalan dengan lancar apabila pemaknaan persepsi di sepakati bersama!.

Pada postingan Ridwan Kamil yang seolah mengklarifikasi secara tidak langsung,  penulis sempat membaca salah satu mata kuliah yang dipelajari di ranah arsitek bernama "Semiotika .. " dan ini mungkin sebagai salah satu acuan Ridwan Kamil dalam menerapkan konsep implikasi imaginatifnya ketika mendesign masjid Al Safar. Disisi lain pengembangan olah pikir Ustadz Rahmatpun tidak bisa disalahkan dengan maraknya simbol-simbol "Segittiga" yang di klaim sebagai miliknya freemansonry/illuminati. Jika saja saya sebagai emak-emak "sepakat" boleh juga mempersepsikan bahwa terigu cap segitiga yang sering saya pakai untuk masak memasak terindikasi dajjal dong, tapi sekali lagi itupun jika saya sepakat!.

Kembali pada pembahasan Masjid Al Safar, yang menariknya adalah bagaimana sebaran informasi illuminati yang dinobatkan pemilik bentuk segitiga piramida begitu mendunia saat ini hingga merambah dengan cepat dan secara singkat menggunakan channel media sosial mampu menguasai pikiran-pikiran manusia modern di berbagai belahan dunia termasuk saya yang sempat tercengang bahwa ternyata kehadiran simbol illuminati saat ini sudah sangat meluas.

Penulis mencari sumber referensi mengenai illuminati dan didapati ternyata dahulu kala konon katanya merupakan satu organisasi rahasia selama berabad-abad silam yang bertugas sebagai pembantai para kaum religius atau agamis yang berasal dari sekelompok pasukan penganut satanism dan bukan agamis. Setalah beberapa abad tumpas kemudian anak cucu mereka membentuk perkumpulan baru yang dikenal "Freemansonry" yang menggunakan simbol Firaun dari Mesir berupa "Mata Satu" (all seeing Eye) dari Dewa Matahari "Ra" dan segitiga sebagai lambang piramida bengunan yang dibuat oleh para leluhurnya.

Lalu kaitannya dengan dajjal apa? Penulis belum menemukan referensi yang tepat mengenai hal ini, yang jelas kembali pada beberapa sudut pandang yang sudah dikemukakan di awal bahwa :

  • Manusia hidup dengan fitrahnya sesuai dengan yang Allah perintahkan yakni "Membaca" dengan memaknai berbagai simbol yang bertebaran di dunia.
  • Manusia dibekali akal pikiran yang sangat beraneka ragam sudut pandang, yang dapat menjadikan dunia ini sangat berwarna
  • Jangan lupkan bahwa pemaknaan simbol-simbol  baik berupak bentuk, warna, volume dan ukuran yang dilihat, didengar, dan dirasakan haruslah berdasarkan pada KESEPAKATAN PEMAKNAAN bersama agar tidak terjadi kesalah pengertian.
  • Tabayyun atau kroscek agar tidak menimbulkan miskomunikasi. mispersepsi dan atau miskonsepsi ataupun mis mis lainnya.

Jadi merunut pada penjelasan tulisan diatas, anda sebagai pembaca boleh memutuskan perspektif anda sendiri bagaimana pemaknaan penggunaan simbol, bentuk dan ruang yang digunakan dalam rancang bangun Masjid tersebut bukan?

Kita tunggu dan ikuti perspektif kedua tokoh nasional yang akan berdiskusi mengenai hal ini esok..

Sampai jumpa .. semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun