Mohon tunggu...
Libriana Oktavia
Libriana Oktavia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kegiatan Kuliah Lapangan Etika Sosial

19 Mei 2013   16:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:20 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 3 Juli 2012, pada jam 10. 00 WIB saya dan dua teman saya memulai praktek kerja lapangan kami. Pada hari tersebut kami janjian berkumpul di kampus WM untuk bersama – sama ke Taman Bungkul mencari PKL ( pedagang kaki lima) yang bersedia menerima kami untuk praktek kerja di tempatnya. Kami memilih PKL ( pedagang kaki lima ) sebagai tempat praktek kerja lapangan etika sosial karena menurut kami pedagang kaki lima lebih fleksibel dari segi tempat, waktu, dan aturan. Selain itu, menurut kami dengan menjadi pedagang kaki lima, kami akan lebih sering berinteraksi dan bertatap muka dengan banyak orang yang berlainan sifat dan kharakteristik. Kami sebagai mahasiswa jurusan ilmu komunikasi, mendapat tantangan tersendiri untuk dapat mempraktekkan ilmu – ilmu yang kami dapat. Karena dengan berdagang, sedikit banyak harus memiliki kepandaian berkomunikasi agar dagangan laku.

Saya, Tara, dan radita meluncur ke Taman Bungkul, di sana saya dan teman – teman mencari PKL. Dan kami akhirnya menemukan warung Mbak Poer. Kami merasa cocok dengan orang yang berjualan. Mereka ramah menerima kami, dengan senyumannya yang selalu ada di wajah mereka. Maka dari itu, kami berkeinginan untuk praktek kerja lapangan di warung tersebut. Setelah melalui cara pendekatan yang kami lakukan, mereka akhirnya bersedia melayani kami untuk tanya jawab / wawancara. Tepat pada pukul 10.35, kami melakukan wawancara dengan dua orang perempuan yang jualan nasi campur di warung Mbak Poer tersebut.

Sesuai dengan jadwal kami di proposal tersebut, pada hari tersebut kami melakukan wawancara saja dan mengatur jadwal untuk selanjutnya melakukan praktek kerja lapangan di tempat tersebut : Warung Mbak Poer. Saya dan teman- teman melakukan wawancara dengan dua orang yang berjualan di warung tersebut. Namanya Hasanah (20 tahun) dan Aini ( 18 tahun – sudah menikah ). Mereka bekerja pada Mbak Poer si pemilik warung yang sebenarnya. Mereka bekerja dari jam 7 pagi hingga jam 12 malam. Hasanah dan Aini bekerja bergantian ( shift – shiftan).

Pada saat warung hendak buka, Hosanah dan Aini memasak bahan – bahan nasi campur di warung tersebut sejak subuh. Mereka memasak langsung di warung Mbak Poer di Taman Bungkul tersebut. Lalu pada jam 12 siang, Aini yang sudah menikah, pulang. Yang jaga dan jualan di warung hanya Hasanah. Pada malam harinya jam 7 malam hingga 12 malam, Hasanah pulang dan gantian dengan Aini. Begitulah cara kerja mereka.

Warung Mbak Poer juga menerima pesanan nasi kotak, pembeli dapat memesan nasi kotak melalui telepon 031-72095840 / HP : 085730008138. Nasi campur, nasi bali, nasi krengsengan, nasi Rawon dan nasi Pecel. Harganya menyesuaikan dengan porsi dan lauk pauk yang dipilih.

Ketika ditanya mengenai gaji mereka, mereka menjawab gajinya sekitar Rp. 600.000. Untuk laba kotor dari hasil jualan mereka, kalau sedang ramai pembeli mereka dapat meraup Rp. 1.500.000,- sedangkan kalau sedang sepi atau tidak terlalu banyak yang beli kira – kira dapat Rp. 500.000. Hasanah dan Aini merasa nyaman dengan pekerjaan mereka, karena kalau sedang tidak banyak pembeli mereka dapat istirahat santai. Pembeli juga jarang yang ribet, karena kebanyakan mereka lihat daftar makanan dan minuman yang dijual di plang lalu pesan ke penjualnya.

Rata – rata pembelinya ramai pada hari Sabtu dan Minggu, karena penggunjung Taman Bungkul ramai pada hari libur atau weekend. Kalau lagi ada acara di Taman Bungkul, mereka juga mendapat untung. Karena penjualan makanan mereka jadi laris.

Lalu, setelah melakukan tanya jawab, kami menyesuaikan jadwal kerja kami denganm mereka. Mereka dengan senang hati menerima jadwal yang kami tawarkan. Yang kami sukai, Hasanah dan Aini terus mengumbar senyum selama kami wawancarai. Mereka terlihat malu – malu ketika kami wawancarai. Bukan kami yang sungkan, tapi malah mereka.Selesai mengatur jadwal kerja kami, kami pun berpamitan dengan mereka.

Pada hari kedua, Tanggal praktek kerja lapangan Tgl.5 Juli 2012 saya dan teman – teman melakukan kerja praktek lapangan di warung Mbak Poer seperti yang sudah kami jadwalkan sebelumnya. Pada kesempatan praktek kerja kami yang pertama ini, Hasanah dan Aini masih terlihat malu – malu dengan kedatangan kami. Pada saat kami datang ke warung, ada empat orang pembeli yang sedang makan di warung Mbak Poer ini. Kami datang pukul 10.30. Lalu setelah pembeli – pembeli nya selesai makan, kami yang membersihkan piring dan meja makan yang ada di depan warung tersebut. Dengan berbekal lap saja, kami membersihkan meja yang biasa dibuat makan pembeli dari warung.

Hari tersebut pembeli nasi campur dari warung Mbak cukup ramai. Ada yang langsung makan di tempat dan ada juga yang mint dibungkus. Rata – rata makan langsung di warung Mbak Poer tersebut. Di dalam warung, Hasanah terlihat terus menggoreng ayam yang menjadi salah satu lauk pauk dari makanan yang dijual. Sedangkan Aini sibuk mengatur lauk pauk yang ditaruh di piring. Teman satu kelompok saya, Tara, mencoba meracik lauk pauk dari nasi campur yang akan disajikan ke pembeli. Hasilnya cukup memuaskan kata mbaknya. Namun, ayamnya terlalu banyak. J

Saat senggang, biasanya Hasanah dan Aini duduk – duduk santai di depan warungnya. Kami juga dapat berbincang santai dengan mereka. Mereka yang ternyata umurnya tidak jauh dari kita, Hasanah (20 tahun) dan Aini ( 18 tahun sudah menikah, tapi belum punya anak). Namun tidak meneruskan pendidikannya dengan kuliah atau ikut kursus lainnya, namun mereka memutuskan untuk langsung bekerja karena kondisi ekonomi mereka yang menuntut mereka untuk bekerja mencari uang agar dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, mereka bekerja dengan Mbak Poer ( si pemilik warung tersebut), mereka bekerja menjaga warung tersebut, dan melayani konsumen hingga memasak makanan yang akan dijual. Dengan bekerja di warung Mbak Poer tersebut, mereka sudah senang, karena kerjanya tidak susah katanya.

Selama berbincang dan kerja di warung tersebut, kami pun juga harus bertahan dengan asap rokok yang selalu lewat di hidung kami. Karena rata – rata pembelinya laki – laki dewasa, mereka suka merokok setelah makan. Dan kami pun harus bertahan dengan asap rokok yang mengepul dan bau tidak sedap dari asap rokok tersebut. Karena hal tersebut sudah menjadi hal biasa bagi Hasanah dan Aini. Tentu juga hal yang biasa kalau makan di warung – warung seperti itu. Setelah jam kerja selesai, kami pun berpamitan pulang.

Kali ini, Tgl. 10 Juli 2012 kami sekelompok kembali datang ke warung Mbak Poer untuk praktek kerja lapangan. Pada kesempatan kali ini, Hasanah dan Aini lebih familier dan lebih dekat dengan kami. Mungkin karena sudah kenal dengan kami meski cuma sebentar.

Hasanah dan Aini tersenyum geli ketika kami datang dan menanyakanpekerjaan yang harus kami lakukan. Mungkin mereka tidak menyangka kami benar – benar ingin bekerja. Berhubung urusan masak – memasak mereka tidak mengijinkan kami untuk ikutan, maka kami kebagian untuk urusan bersih – bersih meja makan pembeli. Membersihkan piring – piring dan gelas yang telah digunakan pembeli.

Kami harus menunggu pembeli selesai makan, baru kami dapat meringkas piring dan gelas yang digunakan oleh pembeli. Piring dan gelas tidak dicuci dengan kran seperti biasanya, namun hanya diucek – ucek di ember yang berisi air. Kami sempat agak risi melihatnya. Namun bagaimanapun kami tetap harus bisa melakukannya.

Warung Mbak Poer memang sempit. Bahkan kompor yang digunakan masak cuma satu. Untuk peralatan masak, mereka juga cuma seadanya. Seperti wajan dua buah, sutil satu, piring, gelas, dsb. Untuk piring yang digunakan untuk disajikan ke pembeli juga tidak putih bersih. Namun, warung Mbak Poer lebih ramai dibanding warung sebelah – sebelahnya.Dibanding warung yang ada disebelah – sebelahnya, warung Mbak Poer lebih banyak pembelinya.

Sambil menunggu pembeli selesai makan, kami bersama penjaga warung kadang berbincang – bincang. Kami juga pernah dimarahi oleh penjaga warung nasi padang, yang ada di sebelah warung Mbak Poer. Karena kami duduk di depan warungnya, itupun tidak sengaja karena tempat duduk yang tersedia sangat sedikit di sana. Setelah jam praktek lapangan berakhir, kami pun berpamitan pulang dengan mereka.

Pada hari praktek kerja lapangan kami yang terakhir ini Tgl. 12 Juli 2012, saya dan teman sekelompok seperti biasa, kami bertugas membersihkan piring pembeli. Namun sebelumnya kami duduk – duduk dulu menunggu pembeli selesai makan dahulu. Baru setelah itu, kami membereskan piring dan gelas yang digunakan, serta membersihkan meja dari kotoran.

Pembeli cukup ramai, dan cuaca saat itu sangat panas. Kami memulai praktek jam 11.30 hampir mendekati jam makan siang. Sehingga pembeli ramai. Kami juga mengalami kesulitan dengan tempat yangsangat sempit. Karena jarak antar meja dan tempat duduk hanya satu lantai. Sehingga untuk gerak leluasan sangat sulit. Tapi itu semua seakan sudah menjadi hal yang biasa buat Hasanah dan Aini.

Karena pembeli yang semakin ramai, maka Hosanah dan Aini cukup kerja ekstra. Karena harus memperhatikan pembeli yang membeli makan ditempatnya. Karena pembeli bisa duduk di mana saja, dan Hosanah serta Aini harus menghitung berapa jumlah piring yang mereka keluarkan.

Kami pun juga harus bertahan dengan asap rokok dan bau sampah yang menyengat hidung. Karena tempatnya yang seadanya, maka mereka pun harus berjualan dengan desak – desakan. Tempat sampah yang ada juga terbatas. Kadang pembeli juga seenaknya buang sampah sembarang. Hal itulah yang membuat bau tidak sedap. Namun, itu semua seakan tidak menyurutkan keasikan mereka menyantap makanan yang dijual di pedagang kaki lima tersebut. Mereka enjoy dengan situasi dan keadaan yang ada.

Pada akhir praktek kerja, kami memberikan kenang – kenangan kepada Hasanah dan Aini berupa uang tunai sebesar Rp. 105.000,- Alasan kami memilih uang tunai karena kami berpikir kalau uang tunai bisa digunakan Hosanah dan Aini untuk kebutuhan mendesak yang mereka perlukan. Karena kami tidak tahu sesungguhnya apa yang mereka inginkan atau kebutuhan mendesak Hasanah atau Aini.

Mereka pun menerima pemberian dari kami dengan senang hati. Kami pun merasa bahagia karena pemberian kami disambut dengan senang hati. Mereka terlihat senang, karena senyum – senyum terus dan mengucapkan terima kasih. Dan kami pun berpamitan pulang dengan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun