Sebagai wujud perayaan bulan kemerdekaan, Kementerian Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (BEM FPIK UB) 2025 berkolaborasi dengan Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC) Kabupaten Malang melepas 1.000 ekor tukik ke laut melalui acara OCEANACTION. Kegiatan yang berlangsung pada Minggu, 24 Agustus 2025 di Pantai Bajulmati ini mengangkat tema ‘Back to the Blue: Sea Turtle Release for a Sustainable Future’.
Kegiatan OCEANACTION diawali dengan sekolah alam yang menghadirkan Pak Sutari, seorang Ketua Yayasan Konservasi Penyu Jawa Timur sekaligus sebagai narasumber pada acara tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Pak Sutari membagikan pengetahuannya mengenai penyu dari berbagai sisi seperti biologi, ekologi, upaya konservasi, serta pengalamannya selama bekerja sebagai konservasionis. Sesi kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD), yang membuka ruang tanya jawab interaktif antara peserta dan narasumber. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan dan diskusi yang berkembang selama sesi berlangsung.
Kegiatan pelepasliaran tukik ini umumnya dilakukan di pertengahan tahun. Tujuan utama dari pelepasliaran tersebut adalah untuk mempertahankan populasi penyu yang terus menurun akibat dari perubahan iklim, pemanasan global, dan aktivitas manusia. Hal inilah yang kemudian menjadi urgensi utama yang menjadi landasan kegiatan kolaborasi dari Kementerian Lingkungan Hidup BEM FPIK UB 2025 dan BSTC. Dengan adanya kegiatan pelepasliaran tukik setiap tahun ini diharapkan dapat mempertahankan populasi tukik di Indonesia, terkhususnya Malang selatan.
Populasi dari tukik maupun penyu ini memiliki peranan penting bagi lingkungan perairan terutama pada siklus rantai makanannya. Penyu sendiri dapat meregulasi populasi bulu babi dan ubur-ubur yang ada di laut sehingga mecegah adanya ledakan populasi pada lingkungan perairan tersebut. Upaya konservasi merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan
“Sebagai seorang mahasiswa, kegiatan riset dan penelitian tentang konservasi perlu ditingkatkan agar memberikan dampak yang nyata dan keberlanjutan bagi lingkungan. Harapannya dengan adanya perkembangan keilmuan dan kolaborasi agar memberikan kebermanfaatan bagi wilayah pesisir” Ujar Pak Sutari saat mengakhiri sesi Focus Group Discussion (FGD) bersama peserta.
Setelah mengakhiri sesi tersebut, para panitia mengarahkan peserta untuk melakukan pelepasliaran tukik. Antusias peserta sangat terlihat ketika mengantre untuk mengambil anak penyu yang siap untuk dikembalikan ke laut. Kegiatan pelepasliaran penyu memberikan makna yang mendalam bagi peserta. Banyak dari peserta kegiatan yang merasa telah mempelajari hal baru dan berkontribusi terhadap lingkungan serta keberlangsungan populasi penyu.
Harapannya, melalui upaya konservasi yang berkelanjutan serta kolaborasi antara mahasiswa, komunitas lokal, lembaga konservasi, dan masyarakat pesisir, populasi penyu dapat terhindar dari kepunahan. Langkah ini tidak hanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut, tetapi juga meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya pelestarian satwa laut yang rentan. Dengan melibatkan berbagai pihak, kegiatan konservasi diharapkan mampu memperkuat rasa tanggung jawab bersama sekaligus menciptakan dampak nyata bagi keberlangsungan hidup penyu di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI