"Bangunan tua peninggalan Belanda ini dulu Rumah Sakit. Setelah direhab dan layak untuk ditempati sebagai sekolah, maka SMAN VII pindah ke sini," kata Pak Hadi salah satu wali murid yang berbagi saat berkeliling melihat fasilitas SMAN yang dulu dijuluki Teladan Sore.
Ada ruangan paling belakang berukuran sekitar 8 x 8 meter digunakan sebagai mushola. "Ini dulu kamar jenazah," tambah bapak asal Bantul ini.
"Bapak kok hapal to?" Tanyaku penasaran.
"Lah wong anak pertama saya juga masuk tahun lalu di sini mas. Jadi hapal semua bangunan di sini," jawabnya.
"Tapi bagus to pak?" Tanyaku lagi penuh penasaran dan langsung diketawain Mas Erfi.
"Bagus lah Man. Semua SMAN di Jogja ini pasti bagus," ucap Mas Erfi berusaha melegakanku.
"Insyallah bagus mas. Anak saya dua-duanya saya masukan ke sini. Berarti kan menurut saya bagus," lanjut Pak Hadi mantab.
Setelah puas melihat semua fasilitas di sekolah ini, yang paling menarik di hatiku adalah lapangan Basket di bagian Barat sekolahan. Karena sudah lapar, akupun menawari Mas Erfi makan bakso urat Cak Karno di seberang jalan persis depan sekolahan.
Untuk mencapai sekolah ini dari kos-kosan bisa menggunakan kendaraan umum Kobutri berwarna kuning, bus kota nomer 4 warna merah dan nomer 15 warna biru yang ditempuh sekitar 10 menitan.
"Piye, manteb sing endi koe Man?" Tanya Mas Erfi.
"Ya kalau suruh milih sih penginnya di SMAN IV mas."