Mohon tunggu...
Leyla Imtichanah
Leyla Imtichanah Mohon Tunggu... Novelis - Penulis, Blogger, Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga dengan dua anak, dan penulis. Sudah menerbitkan kurang lebih 23 novel dan dua buku panduan pernikahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Fenny Ferawati, Produktif dalam Keterbatasan

16 Mei 2015   06:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:56 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cantik adalah ketika seorang perempuan tetap bisa produktif dalam keterbatasan. Tangguh, tapi tetap santun. (Fenny Ferawati, Mompreneur, Blogger, Writer, Social Media Consultant)

Pada usia yang masih sangat muda, 26 tahun, Fenny Ferawati yang lahir di Klaten, 7 April 1989 telah menghasilkan banyak karya di sela kesibukan mengasuh dua batita usia 2,5 tahun dan 3 bulan. Tinggal di daerah, tepatnya Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, dengan akses informasi dan fasilitas yang terbatas, tak membuat Fenny berhenti berkarya. Fenny ingin membuktikan bahwa perempuan tetap bisa berkarya dari rumah, tanpa harus terkena dilema antara karir dan mengurus rumah tangga. Fenny adalah salah seorang ibu rumah tangga plus-plus. Usia muda dan anak yangmasih kecil-kecil, bukan halangan untuk berprestasi. Tempat tinggalnya yang jauh dari ingar bingar acara komunitas, tidak membuatnya mati gaya.

14316736542143060755
14316736542143060755

Tak tanggung-tanggung, Fenny Ferawati memiliki tiga karir sekaligus yang dijalaninya dari dalam rumah: Social Media Consultant, lebih fokus menangani optimasi media sosial klien dengan anggaran ratusan ribu sampai jutaan rupiah per bulan. Tergantung jumlah akun media sosial yang dikelola dan target yang diinginkan. Keuntungannya mencapai jutaan rupiah tiap bulan. Blogger, dengan jumlah blog mencapai 7 (tujuh) buah dengan tema yang bervariasi: personal, buku, masakan, parenting, bisnis, traveling, dan blog komunitas seperti Kompasiana dan Blogdetik. Writer, Fenny telah menerbitkan sebuah buku masakan berjudul “Bolu Kukus Karakter” yang ditulis berdasarkan pengalaman Fenny membuka usaha kue rumahan dengan keuntungan 100 kali lipat.


Titik balik Fenny justru dimulai ketika hamil anak kedua dan diminta pulang untuk menemani orang tuanya di pelosok desa. Tidak ada orang yang mendukung aktivitas Fenny, kecuali suaminya. Keluarga, terutama orang tua, memaksa Fenny untuk bekerja di luar rumah sebagaimana umumnya. Fenny tidak terlalu nyaman bekerja dengan rutinitas waktu yang monoton. Bekerja dari rumah membuatnya bisa memilih waktu sendiri. Selain itu, ia juga bisa memiliki waktu untuk bersosialisasi lebih banyak dan pastinya bisa merawat anak-anak sendiri. Halangan dari orangtua itu justru memotivasi Fenny untuk membuktikan bahwa ia mampu dan bisa. Kini, perlahan-lahan keluarga sudah bisa mengerti, dan dalam waktu dekat, Fenny akan memiliki tempat usaha sendiri yang juga menjadi impiannya sejak lama.

Pekerjaan menulis dilakukannya di malam hari atau dini hari saat anak-anak tidur. Siang hari, Fenny fokus dengan anak-anak karena tidak ada asisten rumah tangga. Jika harus keluar rumah untuk urusan pekerjaan atau menemui narasumber, ia mengajak anak-anak. Ia senang sekali karena banyak klien yang bisa memahami kondisinya sebagai seorang ibu rumah tangga plus-plus. Pada dasarnya, semua perempuan bisa melakukan hal tersebut. Tak memiliki sarana-prasarana, bukan berarti tidak mampu. Tidak mampu, bukan berarti tidak bisa. Hanya butuh kemauan dan ketekunan untuk membuktikan bahwa kita mampu dan bisa.

Fenny memiliki banyak impian yang masih harus diwujudkan, sebagai Mompreneur, Blogger, dan Writer. Peran komunitas sangat penting dalam pencapaian karirnya. Fenny bergabung dengan kurang lebih 6 (enam) komunitas yang bergerak dalam bidang tulis-menulis dan wirausaha (bisnis), sesuai mimpi Fenny. Komunitas penting sekali karena memotivasi untuk menulis buku dan memberikan bimbingan. Komunitas juga memperluas jaringan pertemanan yang beberapa di antaranya kemudian juga menjadi klien Fenny. Walaupun saat ini ia sulit untuk menghadiri acara-acara komunitas off air, interaksi masih bisa dilakukan melalui internet. Bahkan, Fenny bercita-cita mendirikan pelatihan gratis yang berkaitan dengan profesinya (menulis dan bisnis), di tempat usahanya nanti. Semua itu bertujuan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga, agar semakin banyak lagi ibu-ibu rumah tangga di pelosok desa yang berdikari dari dalam rumah.

Ketangguhan Fenny untuk tetap berkarya, meskipun dihadapkan oleh keluarga dan lingkungan yang tidak mendukung, adalah perwujudan dari citra cantik perempuan Indonesia. Ia tidak melupakan nilai-nilai luhur budaya Indonesia, yaitu tetap berpijak pada nilai-nilai agama, adat istiadat, dan tradisi dengan tidak melupakan kodrat seorang perempuan, terutama perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak. Sebagai ibu, yang menurut ucapan Ulama, “Ibu adalah Madrasah Pertama bagi anak-anaknya,” Fenny berusaha menjalankan kewajibannya mengasuh dan mendidik anak-anaknya sambil berkontribusi di dalam masyarakat. Di dalam kehidupan sosial, Fenny meyakini bahwa nilai kebersamaan dan suka berbagi, telah mendorong pencapaian yang lebih banyak dan lebih cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun