Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Per-Buzzer-an dan Suku-suku Baru di Masyarakat Sipil

12 Oktober 2019   11:00 Diperbarui: 13 Oktober 2019   22:11 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : alvemiaonline.com

Uniknya, pemilik akun 'Janda' adalah seorang laki laki 'single', bekerja untuk mempengaruhi sekitar sejuta audiense seminggu melalui konten. 

Pemilik akun ini bekerja di ladang media sosial FB dan Twitter dan mengatakan bahwa cara kerjanya di area abu abu dilindungi hukum. Dia tidak melakukan hal illegal. Adalah legal memiliki akun dengan identitas palsu. Tetapi memuat berita palsu adalah illegal. Namun, ini sulit dikendalikan.Dan,  buzzer memang bekerja untuk berbagai pihak. 

Buzzer sendiri adalah entitas netral. Bisa baik maupun kurang baik, tergantung dari konten yang diangkatnya. 

Studi menunjukkan bahwa isu yang diangkat buzzer seringkali juga jadi pengungkit materi media arus utama untuk meningkatkan posisi isu menjadi viral. Oleh karenanya, sering kali ini menenggelamkan isu utama yang ada di masyarakat karena popularitas dan banyaknya isu yang ada di media. 

Ironisnya, kelompok yang terpengaruh buzzer menganggap normal apa yang seharusnya tak normal. Dukungan pada kader partai PDIP yang berlaku tidak sopan dan menyebut "sesat" pada Prof Dr Emil Salim di acara Mata Najwa hanyalah satu contoh.  Apakah demokrasi  beradab kita sudah mati?!.

Padahal jelas jelas Prof Emil Salim berkata soal korupsi yang menggila di ranah politik di hampir semua lapisan. Dan ini berdasar hasil studi "Democracy for Sale :  Elections, Clientelism, and the State in Indonesia oleh Edward Aspinall dan Ward Berenschot" terbitan Cornell University pada 2019. 

Persoalan "clientelism" yang ditengarai oleh adanya "tim sukses" yang merupakan tim adhoc yang ada di tiap kandidat, baik calon anggota parlemen dan eksekutif membuat sulitnya memotong hukum timbal balik yang berpotensi mengeksploitasi relasi  dan kuasa. 

Mestinya, buku ini  jadi bacaan kita selaku masyarakat sipil. Buku ini saya sertakan pada Pustaka.  

Suku Suku Baru di dalam Proses Politik 

The New Yorker menyebut adanya kelahiran suku suku baru di masa kampanye Trump. Suku ini bukan dalam hal ideologi, partai, kelompok kepercayaan. 

Suku suku ini bukan kelompok yang memperjuangkan politik tertentu, tetapi mereka hanya butuh loyalitas yang pada umumnya untuk membangun perasaan aman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun