Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

9 Tuntutan Papua Disepakati, Lalu Apakah Kita Kenal Papua?

11 September 2019   08:00 Diperbarui: 12 September 2019   04:18 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Papua dalam Transisi (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Sementara itu, sensus yang sama mencatat jumlah penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 adalah 760.422 jiwa yang terdiri dari 402.398 penduduk laki-laki dan 358.024 penduduk perempuan. Selama 10 tahun sejak tahun 2000 sampai 2010, laju pertumbuhan penduduk adalah 3,71 persen per tahun.

Meski bukan merupakan pertumbuhan penduduk yang tertinggi di Indonesia, namun pertumbuhan penduduk Papua Barat yang mencapai sebesar 3,71 persen merupakan yang terbesar ke 4 (BPS, 2010).

Pertumbuhan penduduk relatif cepat terjadi antara tahun 1990-2000 (ketika Papua Barat masih bagian dari Provinsi Irian Jaya) dan tahun 2000-2005. Pertumbuhan penduduk mulai mengalami kecenderungan melambat setelah tahun 2000. Sementara itu, sebaran penduduk tidaklah merata di wilayah seluas 97.024,37 km2 ini.

Hampir separuh penduduk Papua Barat berdomisili di Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari dengan kepadatan penduduk tertinggi (640 jiwa per km2) di Papua Barat di Kota Sorong, sementara kepadatan terendah (7-8 jiwa per km2) terdapat di Kabupaten Tambrauw.

Keseluruhan penduduk Papua dan Papua Barat ini terbagi dalam 44 budaya, 177 suku dan 251 bahasa. Djekky R. Djoht, dalam "Etnografi, Sejarah Perkembangannya dan Klasifikasi Kebudayaan -Kebudayaan Di Papua, menyebutkan bahwa Mientje De Roembiak membuat 11 klaster.

Klaster itu adalah area Teluk Cendrawasih, pulau di bagian utara, pulau pulau Raja Ampat, Bintuni, Fakfak, dan Kaimana, dataran rendah di wilayah Danau Sentani yang berbatasan dengan PNG, sepanjang suangai dan rawa rawa di bagian selatan Papua, savanah di sebelah utara Merauke dan Nimboran; dataran tinggi Jayawijaya, Arfak, dan Dana Ayamaru, sungai Mamberamo, Rouffaer -- Idenburg, dan warga pendatang di wilayah pesisir.

Walaupun dapat dibagi dalam dua kelompok besar bahasa, Austronesia dan Non -austronesia, keberbagaian ini dibagi berdasar budaya yang berbasis bahasa yang dipergunakan.

Di kabupaten Biak, misalnya, terdapat satu sub-kultur Biak, sementara di Kabupaten Jayapura terdapat 85 bahasa dan sub-kultur yang berbeda. Rata rata suku terdiri dari beberapa ribu sampai 200 ribu.

Sementara untuk non Papua yang berasal dari transamigrasi yang disponsori pemerintah adalah dari Java, Bali dan Nusa Tenggara Timur, sementara transmigrasi sukarela adalah dari Sulawesi Toraja, Makassar, Minahasa, dan Maluku.

Perbedaan budaya yang ada di Papua juga diikuti konstruksi sosial yang berbeda dalam hal peran dan tanggung jawab serta status dan kekuasaan antara perempuan dan laki laki. Memang terdapat kelompok yang matrilinial seperti di bagian Mamberamo, suku Muyu di Merauke, dalam suku Hatam, Hala and Sou in Manokwari, namun pada umumnya masyarakat adalah patrilineal.

Terdapat cerita dari pak Leo, salah satu anggota tim studi kami di 2006 bahwa perang suku sering terjadi karena perebutan putri atau istri. Ini konsisten dengan data penduduk dengN rasio seks seperti di atas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun