Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pemasangan Lampu Warna-warni pada Landmark Kota, Selalukah Indah?

26 Juni 2019   16:47 Diperbarui: 26 Juni 2019   22:52 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampu Lampu LED di New York (insider.com)

Air Mancur Bundaran HI yang Lebih Menyala
Tanggal 22 Juni yang lalu adalah Hari Ulang Tahun Jakarta ke 492. Layaknya sebuah ibu kota, Jakarta bersolek untuk merayakan ulang tahunnya. Saya cukup surprais menyaksikan penampilan air mancur di bundaran Hotel Indonesia. Kali ini, air muncul diberi lampu warna-warni, yang berganti setiap hitungan sekian detik.

Cukup manis. Namun, bukankah teknik pemasangan lampu yang berganti warna di beberapa landmark, monumen, mesjid dan air mancur di kota besar di Indonesia begitu banyak dilakukan? 

Saya ingat, Monas menjadi pionir. Belakangan bahkan Surabaya dan Semarang membangun air mancur dengan lampu lampu warna warni dengan desain canggih dan megah. Ini 'landmark'baru bagi kedua kota itu. 

Di Surabaya, air mancur menari dengan lampu warna warni terletak di Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran. Air mancur ini menjadi salah satu tujuan wisata. Walaupun operaional air mancur adalah dilakukan selama 30 menit pada hari Sabtu dan Minggu, pada tahun 2018 air mancur sempat mengalami kemandegan operasi selama dua bulan. 

Beberapa media menulisnya karena alasan biaya yang tinggi untuk mengoperasikan air mancur tersebut. Sekali mengoperasikan air mancur selama 30 menit membutuhkan biaya sebesar 20 juta (Suryamalang.com).

Humas Pemerintah Kota Semarang
Humas Pemerintah Kota Semarang
Di Semarang, air mancur menari dengan lampu warna warni terdapat di beberapa lokasi. Di bundaran Tugu Muda dan di area Banjir Kanal Barat, yang disebut sebut menyerupai air mancur di Korea. 

Air mancur yang disebut the "Bridge Fountain' Banjir Kanal Barat (BKB) disebut sebagai yang pertama di Indonesia. Pembuatan air mancur ini dibiayai dari dana APBD sebesar Rp 17 milliar. Namun, sayang sekali tidak saya peroleh kutipan tentang biaya operasional dari air mancur ini.

Penggunaan lampu warna warni pada landmark kota di Indonesia yang ada pada jembatan terdapat di Lumajang. Pemasangan lampu terjadi dari jalan Panglima Besar Sudirman sampai alun alun Lumajang. Warga yang diwawancarai Jatimtimes.com mengatakan senang dengan pemasangan lampu karena menambah keindahan kota dan dapat menjadi bagian dari spot selfie bagi kalangan masyarakat.

Di kala saya tinggal beberapa bulan di Lombok Timur untuk menjadi relawan gempa Lombok, saya amati mesjid di Selong, Lombok Timur, juga memasang lampu warna warni. Ini bisa merupakan tren, tetapi juga bisa juga merupakan 'kelatahan'. Maafkan, kalimat saya yang nampak kurang apresiatif.

Di tingkat lokal, saat ini lampu lampu menara dijual dalam paket murah di bawah harga Rp 200 ribu melalui Bukalapal. Ini adalah paket untuk lampu dengan cahaya kilat, tahan air, dan menyala dengan 'flash' serta kabel 10 meter.

Sejarah Penggunaan Sinar dalam Lanskap
Dengan ditemukannya api, penyinaran artifisial yang dipergunakan untuk menerangi suatu wilayah taman dan ruangan menjadi mengemuka. Pada 400.000 SM, api digunakan di gua Peking Man. 

Orang di masa pra sejarah menggunakan lampu dengan minyak untuk menyinari sekelilingnya. Ini dibuat dengan materi alam seperti batu, kerang, tanduk dan lain lain.

Bahkan kunang kunang juga dipergunakan untuk menyinari area, disamping penggunaan lilin dan keramik keramik serta gelas. Lampu gantung kristal juga dipergunakan untuk menciptakan penyinaran area.

Penggunaan minyak ikan paus untuk penyinaran yang dipergunakan sampai abad 18 menjadi berkurang ketika ditemukan minyak tanah untuk bahan bakar yang menyalakan lampu lampu. Selanjutnya lampu gas dianggap lebih ekonomis untuk menyinari lampu jalan dari kota kota pada abad 1800.

Hingga, akhirnya penggunaan lampu dengan listrik untuk menerangi tempat publik menjadi kebutuhan dan tren di negara maju. Selain untuk penerang jalan yang mengurangi tingkat kriminalitas, lampu jalan membawa keindahan.

Akhirnya, di abad 21, penggunaan berbagai jenis lampu, 'downlight', 'fluorescent', High intensity discharge (HID) dan atau Low Electricty Discharge (LED) membawa aneka kesan.

Penggunaan Lampu Warna Warni pada Landmark dan Biayanya
Memang kita tidak perlu melakukan studi serius tentang implementasi pemasangan lampu lampu warna warni di landmark kota Indonesia. Berapakah biayanya? Pada umumnya, kota-kota tidak mengumumkan berapa biaya operasional penggunaan lampu-lampu pada landmark. 

Namun, observasi cepat menunjukkan bahwa biayanya bisa relatif rendah di kota kota dunia, dan mahal di negara berkembang seperti Indonesia. Lampu itu sendiri bisa murah, tetapi biaya operasionalnya bisa tinggi. 

Artikel tentang biaya lampu landmark ternyata ada, walau tidak mencakup Indonesia. Salah satunya adalah untuk Amerika. Memang biaya baragam. Namun, kita bisa kaget membaca bahwa biaya menyalakan lampu di New York bisa memakan biaya US$ 1juta per harinya.

Pemasangan lampu pada suatu pohon natal di Petrie Plaza Canberra memerluakan daya listrik dengan biaya sekitar US$ 4.000.

Penerangan Blackpole yang menghabiskan 15 megawatt listrik dengan biata operasional sekitar US $ 1.000 setiap malamnya.

Biaya penerangan listrik di Marina Bay di Singapore adalah penerangan yang paling keren. Biaya operasional untuk listrik 2,5 megawatts ini adalah US$ 500 setiap harinya.

Namun tentu saja biaya biaya itu tergantung pada bagaimana harga listrik di negara masing masing dan penggunaan bahan bakarnya.

Untuk itu, satu yang mungkin jadi pertimbangan pemasangan lampu lampu pada lanmark kota adalah biaya operasional kota. Contoh dari kasus di Surabaya menunjukkan bahwa biaya itu tinggi. Memang telah terdapat ajakan untuk menggunakan panel surya untuk mengoperasikan listrik pada lanmark kota. Toh kita hidup di wilayah katulistiwa yang kaya matahari dan menjadikan enerji kita murah.

Pada saat yang sama, saya melihat bahwa persoalan penggunaan lampu pada lanmark kadang kadang tidak selalu membuat lanmark lebih indah, karena lanmark tersebut telah punya karakternya dan bernilai sejarah. Salah satu contoh dari lanmark termaksud adalah air mancur di bundaran Hotel Indonesia.

Saya memperhatikan ini dalam perjalanan dari bandara ke suatu tempat di Menteng. Di bundaran HI itulah saya perhatikan pantulan cahaya lampu di area bersejarah ini. Rasanya kok ada yang tidak membuat mata nyaman. Keindahan patung Selamat Datang terkesan murahan. Maafkan saya tentang rasa saya ini.

Pustaka : 1) Air mancur warna warni; 2) Landmark of the World 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun