Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengetahuan Masyarakat Asli yang Tereduksi dalam Jargon "Kearifan Lokal"

24 Mei 2019   20:00 Diperbarui: 26 Mei 2019   09:47 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Betang Sungai Utik, Kalimantan Barat (Foto : Rumah Betang Sungai Utik)

Prinsip kelestarian lingkungannya tetap dijaga agar hutan tidak hilang akibat perubahan lahan untuk hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit. 

Pengetahuan Perempuan Dayak tentang Pewarna Alam dan Kerajinan Adat

Kerajinan untuk Upcara Adat Dayak (Theresia Eko)
Kerajinan untuk Upcara Adat Dayak (Theresia Eko)
Perempuan perempuan Dayak Bahau dan Dayak Auheng di Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Hulu, Kaltim mengembangkan kerajinan Kain Batik dan Rotan dengan desain tradisional Dayak Bahau dan Dayak Auheng. 

Pewarna ini adalah dari bahan pewarna alam, yang merupakan karya perempuan yang hidup di wilayah sepanjang Sungai Mahakam di Long Pahangai dan Long Apari, Mahakam Hulu, Kalimantan Timur. 

Untuk memfasilitasi kerja perempuan di wilayah ini, mbak Theresia Ekowati harus terbang beberapa jam dari Yogyakarta ke ibu kota Kaltim dan melanjutkan perjalanan dengan berperahu mesin dan selanjutnya ketinting selama beberapa belas jam. 

Suatu wilayah terisolir dan penuh tantangan. Memang, perjuangan memahami dan melestarikan pengetahuan lokal yang pada umumnya ada di wilayah terisolir harus dilakukan dengan sepenuh hati. Dengan komitmen tinggi, di luar batas program atau proyek. 

Desain Tradisional pada Batik Pewarna Alam ( Theresia Eko)
Desain Tradisional pada Batik Pewarna Alam ( Theresia Eko)
Kelompok perempuan di dua kecamatan yang tersebut menggali ulang karya seni Dayak di Kalimantan, baik kerajinan Anjat, Manik-manik, Seraung manik-manik, Seraung ukiran, dan Ukiran Kayu.

Kelompok perempuan di Long Pahangai dan Long Apari membangkitkan karya dan kreasi pada kerajinan kerajinan rotan, manik dan baju adat. Namun kondisi zaman yang semakin maju ini, kerajinan anyaman rotan hanya ditekuni oleh perempuan generasi tua, karena alasan sulit dan mengerjakannya membutuhkan waktu lama, sehingga kerajinan anyaman rotan tidak menarik bagi kaum perempuan muda.

Sebelumnya, perempuan muda hanya membuat kerajinan manik, itupun dilakukan hanya sebagai kegiatan sambilan saja saat ada pesanan baju adat. Selama pendampingan, kelompok perempuan mengembangkan seni kerajinan tangan, tari dan keragaman budaya adatnya. 

Produk batik dan anyaman rotan di produksi oleh penduduk lokal asli suku Dayak Bahau dipamerkan di beberapa kegiatan pameran produk seni dan ekonomi di tingkat nasional. Hal semacam ini tentu baik karena selain pengetahuannya digali dan diperkenalkan ulang, manfaat ekonomi juga dirasakan masyarakat lokal. Namun ini tak cukup. 

Tantangan berikutnya adalah bagaimana memasarkan produk-produk lestari ini ke pasar yang menghargai seni budaya dan pengetahuan asli ini. Kapuas Hulu sangatlah terisolir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun