Untuk Kementerian Energi, saya kira tidak ada salahnya meniru nomenklatur di Malaysia yang mempromosikan energi dan perubahan iklim, karena keduanya berkaitan erat. Juga perlu dorongan agresif untuk meningkatkan produksi dan penggunaan energi baru dan terbarukan. Saat ini aspek perubahan iklim lebih dibawahi oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan, yang tentu dampaknya berbeda pula.Â
Memang kementerian ini merupakan kementerian sangat bersifat politis dan berpotensi akan jadi 'rayahan'. Namun, justru karena ini adalah area strategis, partai yang berkoalisi mestinya berlomba memikirkan calon yang progresif dan sadar bersama untuk membangun Indonesia yang lebih baik, berkemajuan dan bersih.Â
Kalau RA Kartini saja berusia 25 tahun ketika menuliskan surat surat bernasnya, masa kita justru mundur dengan mencalonkan menteri menteri tua yang tidak progresif hanya karena hendak memenuhi kepentingan koalisi.Â
Siapapun pemenang Pilpres tahun 2019, ingat untuk buat terobosan bagi negeri ini. Ini perlu untuk meneruskan kerja baik yang telah ada.
Hallo partai koalisi.. Jangan jadi partai kolot dan bolot ya! Cari dan usulkan calon menteri muda yang membuka mata kita dan dunia. Pilihan yang baik atas menterimu juga tunjukkan wajah partaimu. Jadilah partai koalisi yang reformatif jugalah.Â
Bagaimana menurut anda?Â
Pustaka : 1. Botswana dan 2. MalaysiaÂ