Payal Jangid, anak 14 tahun yang melarikan diri dari perbudakan di India (entitymag)
Mari(PHOTO VIA INSTAGRAM/@LITTLEMISSFLINT)
Orang muda ketiga adalah  Yara Shahidi. Ia mengajak generasi muda di usia 18 tahun untuk menggunakan hak pilihnya. Shaidi adalah aktivis hak perempuan. Dia bekerja dengan program Michelle Obama yaitu Let Girls Learn Initiative. Akhirnya, ia mendapatkan surat rekomendasi dari Michele Obama untuk bersekolah di Harvard University.
PHOTO VIA INSTAGRAM/@YARASHAHIDI
Seorang gadis berumur 5 tahun, Sophie Cruz adalah aktivis dalam hal perubahan atau reformasi imigrasi. Ia menulis surat kepada Paus Francis dan meminta agar orang tuanya yang adalah imigran tak berdokumen untuk tidak dideportasi. Karena ia mendapatkan perhatiand dari media, ia akhirnya mendapat banyak dukungan. Ia termasuk perempuan yang melakukan kampanye perempuan pada bulan Maret di Washington.
Sophi Cruz (PHOTO VIA INSTAGRAM / @ THEMUJERISTA 20)
Adalah Ansari atau Mohammed Manan Ansari yang berumur 8 tahun, ketika ia dipaksa bekerja 8 jam per hari di pertambangan mika di India. Ia berhasil melarikan dari dari tempat kerjanya dank e sekolah. Ia saat ini bergerak untuk membantu anak anak agar terhindar dari kasus pekerja anak. Ia menjadi duta PBB untuk suatu konfrensi yang diselenggarakan oleh the International Labor Organization Conference di Jenewa.
Ansari (PHOTO VIA ASIANEWS)
Satu lagi adalah Liza Yaroshenko. Ia adalah aktivis yang melawan hoaks. "Saya benci ketika orang menyebarkan berita yang salah dan bohong. Saya tidak bisa diam saja". Ia adalah aktivis untuk menghilangkan stigma pada penderita AIDs. Ia kehilangan ibunya yang terkena AIDs pada saat ia berusia 6 tahun. Ia sendiri adalah pembawa karir AIDs. Ia berjuang agar orang orang seperti ia mendapatkan layanan kesehatan agar mendapatkan opsi hidup sebagai orang yang hidup dengan HIV AIDs.
Liza (PHOTO VIA BBC)
Payal Jangid berumur 14 tahun. Ia berhasil melarikan dri dari perbudakananak dan menjadi aktivis penggerak untuk memperjuangkan pendidikan untuk anak perempuan. Ia bekerja dengan masyarakat India dan menjadi pemimpin parlemen anak untuk memastikan lingkungannya aman. Jangid juga berjuang melawan kekerasan di dalam rumah tanggan dan adanya perkawinan anak, Jangid mendapatkan penghargaan atas kerjanya.
Payal Jangid (Dailymail.com)
Melati dan Isabel Wijsen melakukan kampanye "Bye Bye Plastic Bags" di Bali pada 2013. Gerakan ini menjadi besar dan akhirnya melobi bandara Bali untuk mengurangi penggunaan kantong plastic. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia untuk menargetkan bebas plastic pada 2021. Bagaimana? Kira kira ini akan berhasil?
PHOTO VIA INSTAGRAM/@MELATIWIJSEN
Terdapat paling tidak 30 orang muda yang telah melakukan gerakan dan perubahan yang ditampilkan oleh entitymag.com. Mereka adalah anak muda di bawah 17 tahun yang merubah dunia.Â
Baru baru ini saya membaca suatu pengumuman atau iklan sosial yang diterbitkan oleh Yayasan Plan International Indonesia bersama Kementrian Keuangan RI mengadakan suatu program dengan tagar #GIRLSTAKEOVER. Acara ini mengajak anak anak perempuan usia antara 15 sampai 17 tahun untuk menjadi Menteri Keuangan Sehari. Acara yang diadakan pada 6 Maret 2019 ini bertujuan untuk mempromosikan kesetaraan gender dan kepemimpinan perempuan. Peserta yang telah mendaftar nantinya diharuskan membuat video berdurasi 2 menit dengan tema kesetaraan bagi perempuan di Kementerian Keuangan.Â
Jadi, bila anda punya anak perempuan, keponakan atau adik perempuan di usia 15 -- 17 tahun, bisa tuh mencoba mendaftar.Â
Yayasan Plan International Indonesia
Saya tidak mengiklankan program atau acara ini karena saya tidak berkait dengan lembaga ini, namun saya membayangkan betapa menyenangkannya bila anak anak perempuan di usia itu memiliki kesempatan untuk mulai menyuarakan pendapat dan keinginan mereka kepada publik, termasuk bagaimana kesetaraan gender harus ada di Kementrian Keuangan.Â
Bukan tidak mungkin Indonesia juga memiliki anak muda yang dapat merubah masyarakatnya, negaranya, bahkan dunia. Sudah lelah kita menonton politisi tidak berbobot yang hanya memainkan lidahnya, tanpa pembelaan pada kepentingan khalayak ramai. Sudah ada Melati di Bali, mungkin banyak lagi anak muda yang lebih baik dari politisi kita. Mengapa tidak?Â