Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ibu Ratmi dan Anglo, Antara Mata Pencaharian dan Nostalgia

20 Januari 2019   12:01 Diperbarui: 21 Januari 2019   12:42 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Ratmi bersiap jalan lagi (Foto : Dokumentasi)
Ibu Ratmi bersiap jalan lagi (Foto : Dokumentasi)
Obrolan itu hanya sekitar 10 menit. Namun hangat.

Sehangat sinar matahari jam 6.30. Sayang, tak ada teh hangat, bahkan air putih.

Kami berpisah setelah saya membeli Anglo yang saya pilih dari tumpukan paling atas. Supaya bu Ratmi tidak terlalu berat membawanya berjalan di sebelah sepedanya. Udara masih sejuk, dan bu Ratmi mengilang di pengkolan jalan. Mudah mudahan, Anglo bu Rami laris dan usahanya lancar. Aamiin.

Ibu Ratmi berjalan lagi (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Ibu Ratmi berjalan lagi (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Bagi orang seperti ibu Ratmi, tidak ada kata kesiangan. Semua kerjanya dilakukan sejak pagi. Kerja yang rutin. Terlambat menjemput Anglo dan pergi ke pasar, artinya rejeki yang kurang.

Banyak orang, terutama perempuan, yang hidupnya seperti ibu Ratmi. Mereka bahagia dengan pekerjaannya. Walau pendapatannya relatif tidak banyak, mereka melakukannya dengan ikhlas dan gembira. Sepanjang percakapan selama 10 menit itu, tak ada keluh.

Anglo sebagai Produk Nostalgia

Anglo adalah tungku. Fungsinya seperti kompor. Untuk yang saya dapatkan dari Ibu Ratmi, ia terbuat dari tanah liat. Warnanya coklat. Tepatnya ia adalah berbahan terakota.

Anglo berbentuk silinder. Ia memiliki bagian bagian. Pada bagian tengah, yaitu tempat bara api terdapat lubang-lubang kecil yang disebut sarangan. Fungsinya sebagai tempat aliran udara yang berasal dari arang yang dikipaskan dari lubang bagian bawah. Melalui sarangan, abu sisa pembakaran juga akan turun langsung ke bawah. Bagian atas Anglo terdapat tonjolan berjumlah empat buah, sebagai tempat meletakkan periuk atau wajan. 

Di sela-sela bagian yang menonjol itu berfungsi sebagai ruang bagi aliran udara dan api dari lubang bawah. Pada lubang bagian bawah ada satu lubang besar yang dinamakan mulut 'cangkem' Anglo. Bila mulut Anglo dikipasi, maka udara akan masuk lewat lubang sarangan ke atas ke tempat bara api. Prinsip kerjanya sama dengan tungku batu biasa.

Di wilayah Yogyakarta, Anglo masih banyak digunakan. Baik di rumah maupun di warung atau restoran. Di warung Bakmi Kadin, misalnya, Anglo adalah alat utama memasak Bakmi Jowo. Bakmi dimasak per porsi dengan Anglo. Ini saya temui hampir merata di semua warung atau resto Bakmi Jowo di Yogya. Oleh karenanya, jangan heran bila kita perlu mengantri lama untuk tiap porsi pesanan kita. Semua dikerjakan satu persatu.

Pemanasan dengan Anglo yang menggunakan arang dipercaya pelan tetapi menghantarkan panas yang stabil sehingga membuat proses memasak dapat matang dengan baik. Senyawa yang ada dalam kayu bakar ataupun arang ini akan keluar melalui asap pembakaran sehingga dapat bercampur dengan masakan menghasilkan aroma yang khas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun