Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Kisah Kembalinya Anak Ibu Pertiwi yang Hilang, Nicholas Jouwe, Sang Fenomenal dari Papua

21 Agustus 2019   18:34 Diperbarui: 21 Agustus 2019   19:07 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nicholas Jouwe, Pendiri Organisasi Papua Merdeka / OPM. (Sumber foto : nrc.nl) 

Mengenang Kisah Kembalinya Anak Ibu Pertiwi Yang Hilang, Nicholas Jouwe, Tokoh Fenomenal dari Papua

Papua, beberapa hari terakhir ini semua mata tertuju disana, di bumi cendrawasih. Terjadinya persekusi dan tindakan yang dianggap menghina masyarakat papua menjadi alasan mengapa kekacauan di tanah yang memiliki sumber daya alam melimpah ini terjadi.

Kekacauan atas ketersinggungan masyarakat papua yang terjadi sekarang ini membuat kelompok yang ingin memisahkan diri dari NKRI pun tak tinggal diam. Sebuah momentum emas yang sangat jarang terjadi untuk menggelorakan referendum untuk Papua merdeka.

Melihat konflik yang sedang terjadi di papua ini mengingatkan saya pada seorang tokoh fenomenal dari Papua yang sudah terlebih dahulu berpulang kepada sang Pencipta pada usianya yang ke 94 tahun.

Saat itu Nicholas Jouwe menghembuskan nafasnya yang terakhir di tahun 2017 silam. Tepatnya sekitar Pkl. 03.15 WIB di rumah Duka Jl. Kedondong 16 Komp. Kalibata, Jakarta Selatan, tanggal 16 September 2017.

Seandainya saja sang tokoh fenomenal dari Papua ini masih ada sampai sekarang ini, mungkin saja sang Nicholas Jouwe bisa membantu meredakan ketegangan yang sedang terjadi di Papua sekarang ini. 

Sang fenomenal Jouwe yang dahulu diminta oleh Belanda untuk membuat Bendera Bintang Kejora sebagai bendera Papua merdeka.

Bagi saya, seorang Nicholas Jouwe pasti berpikir tentang masa depan Papua sampai saat beliau menua bahkan disaat dia akan menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Pemerintah harusnya bersyukur karena sebelum Nicholas Jouwe menutup usia, beliau telah terlebih dahulu menuliskan sebuah buku yang menggambarkan pandangan politiknya tentang Papua. Buku itu pun diberinya tajuk : "Kembali ke Indonesia: Langkah, Pemikiran dan Keinginan".

Buku Kembali ke Indonesia: Langkah, Pemikiran dan Keinginan, merupakan tulisannya yang menggambarkan penyesalan Nicholas Jouwe sebagai pendiri OPM (Organisasi Papua Merdeka), Jouwe, yang pernah tinggal di Belanda selama masa perjuangannya yang dengan semangat dahulu memperjuangkan kemerdekaan Papua pada dunia Internasional.

Nicholas Jouwe pada tahun 1960 pernah bersumpah bahwa tidak akan menginjakkan kaki di tanah kelahirannya selama tanah Papua masih dikuasai oleh Indonesia. Sumpah sang fenomenal Papua ini dilontarkannya saat meninggalkan Indonesia pada waktu itu.

Sebelumya, Nicholas Jouwe adalah seorang politisi Papua saat Belanda mendirikan koloni di Papua ketika itu. Setelah koloni tersebut diserahkan ke UNTEA pada Oktober 1962 dan pada akhirnya setelah enam bulan kemudian diserahkan kembali ke Indonesia.

Nicholas Jouwe dalam bukunya tersebut juga menuliskan tentang serangkaian fakta-fakta yang membuktikan adanya konspirasi internasional di balik gagasan untuk menyuarakan dan menyerukan ke dunia Internasional tentang Papua sebagai langkah awal menuju Papua Merdeka, sehingga tujuan akhir akan bisa diraih, yakni terlepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ada sebuah statement menarik pada tulisan cover pada bukunya sebagai ungkapan atas penyesalan dari langkah-langkah yang diambilnya dahulu.

Nicholas Jouwe menuliskan seperti ini :

"Saya pribadi menilai pelarian saya ke Belanda merupakan pilihan yang patut disesali. Namun kini, saya menyadari bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI,"

Cover depan & belakang Buku
Cover depan & belakang Buku "Kembali ke Indonesia, Langkah, Pemikiran dan Keinginan"

Begitulah yang dituliskan Nicholas Jouwe dalam bukunya yang seakan tulisan dalam bukunya itu menjadi wasiat mulia tentang bagaimana seharusnya kita bersikap atas wacana akan Papua yang ingin merdeka, sebuah wasiat pemikiran mulianya itu diwariskan bagi kita rakyat Indonesia khususnya bagi masyarakat yang berada di Papua.

Semoga wasiat dari sang tokoh fenomenal Papua Nicholas Jouwe ini menjadi sebuah pertimbangan pemikiran dan pendirian yang teguh atas pilihan yang terbaik atau langkah terbaik masyarakat Papua yang seharusnya mengikuti jejak langkah terbaik sang Nicholas Jouwe.

Selama tahun 1960 - 2008 adalah waktu yang panjang bagi Nicholas Jouwe menahan rindunya pada tanah kelahirannya di Papua. Air mata Nicholas Jouwe kala itu tak terbendung ketika pada tahun 2009, tepatnya tanggal 22 maret waktu itu, dimana untuk pertama kalinya Jouwe kembali pulang menginjakkan kaki di tanah kelahirannya Jayapura, Papua.

Nicholas Jouwe saat sujud dan mencium tanah Papua di Bandara Sentani. (sumber foto : detik.com/akun YouTube elskes) 
Nicholas Jouwe saat sujud dan mencium tanah Papua di Bandara Sentani. (sumber foto : detik.com/akun YouTube elskes) 

Kisah hidupnya sangat fenomenal dimana dia akhirnya memilih ingin menghabiskan sisa hidupnya di tanah dimana dia dilahirkan dan dibesarkan di Papua, di Indonesia.

Semoga Papua kembali aman damai dan tentram. Jika Papua aman, maka Indonesia pasti aman, jika Papua sejahtera makan Indonesia juga sejahtera. Mari kembali bersatu mewujudkan impian kita bersama yakni Indonesia Baru. 

Indonesia yang tidak membedakan suku, bahasa, budaya dan agama. Indonesia yang memiliki rasa toleransi yang indah, yang saling bahu membahu dan saling mengasihi antara satu dengan yang lainnya. Indonesia tanpa persekusi, tanpa Rasis dan tanpa iri hati. 

Jayalah bangsaku, jayalah negeriku, damailah bangsaku, damailah negeriku. MERDEKA! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun