Mohon tunggu...
Leumara Creative
Leumara Creative Mohon Tunggu... Chef de Cuisine

Seorang Kuli Wajan yang baru Belajar untuk Menuangkan secuil kisah dan pengalaman lewat tulisan, karena di semesta ini "TRADA YANG TRA BISA". Semoga karya tulisan ini menjadi harta yang tak pernah hilang ditelan zaman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasola dan Guti Nale: Menyibak Tradisi Penangkapan Nyale di NTT

21 Februari 2025   22:05 Diperbarui: 22 Februari 2025   05:37 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nale/Nyale/Cacing Laut (Foto: Facebook)

Pendahuluan

Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya kaya akan keindahan alamnya, tetapi juga menyimpan tradisi budaya yang unik dan penuh makna. 

Di antara berbagai ritual adat yang masih lestari hingga kini, Pasola di Sumba dan Guti Nale di Lembata menjadi dua tradisi yang berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Keduanya memiliki satu kesamaan yang menarik: berpusat pada fenomena penangkapan cacing laut Nyale, yang dianggap memiliki nilai spiritual dan simbol kemakmuran.

 Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang kedua tradisi tersebut, perbedaan serta persamaannya, hingga bagaimana Nyale diolah menjadi hidangan khas yang menggugah selera.

Asal Usul dan Makna Nyale

Nyale adalah sejenis cacing laut yang muncul di perairan sekitar Nusa Tenggara Timur pada waktu tertentu dalam setahun, biasanya pada bulan Februari dan Maret. 

Kemunculannya diyakini sebagai pertanda baik bagi kesuburan tanah, keberlimpahan hasil panen, serta kesejahteraan masyarakat. Dalam mitologi setempat, Nyale sering dikaitkan dengan kisah legenda dan kepercayaan akan hubungan antara manusia dan alam. 

Oleh karena itu, masyarakat lokal memperlakukan Nyale bukan hanya sebagai sumber pangan, tetapi juga sebagai bagian dari ritual adat yang sakral.

1. Tradisi Pasola di Sumba

Pasola - Sumba Barat Daya ( Foto: Facebook)
Pasola - Sumba Barat Daya ( Foto: Facebook)

Sejarah dan Latar Belakang

Pasola adalah sebuah permainan perang-perangan tradisional yang dilakukan oleh dua kelompok pria berkuda yang saling melemparkan tombak kayu tumpul. 

Tradisi ini berasal dari kepercayaan Marapu, agama asli masyarakat Sumba, yang meyakini bahwa Pasola adalah bentuk penghormatan kepada para leluhur. 

Ritual ini dipercaya telah berlangsung selama berabad-abad sebagai bagian dari hubungan spiritual antara manusia dengan roh leluhur serta siklus kehidupan yang tak terpisahkan dari alam.

Pelaksanaan Pasola

Penangkapan Nyale-Sunba (Foto: Facebook)
Penangkapan Nyale-Sunba (Foto: Facebook)

Pasola diawali dengan upacara penangkapan Nyale yang dipimpin oleh Rato (pemimpin adat). Kemunculan Nyale dianggap sebagai pertanda baik untuk memulai Pasola. 

Setelah ritual ini, permainan perang-perangan dimulai, di mana para pria dari berbagai kampung bertarung di atas kuda dengan melemparkan tombak kayu. Walaupun tampak berbahaya, Pasola tidak dimaksudkan untuk melukai lawan secara fatal, tetapi lebih kepada simbol keberanian, kehormatan, dan kejantanan para pria Sumba. 

Selain itu, tumpahan darah dari luka yang terjadi dalam permainan ini dipercaya akan menyuburkan tanah dan meningkatkan hasil panen.

Makna dan Filosofi

Pasola melambangkan siklus kehidupan, pertarungan antara kebaikan dan keburukan, serta simbol kesuburan. Masyarakat percaya bahwa darah yang tertumpah dalam permainan ini akan menyuburkan tanah dan mendatangkan keberkahan bagi hasil pertanian mereka. 

Di samping itu, Pasola juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk menunjukkan keterampilan menunggang kuda serta ketangkasan dalam melempar tombak.

2. Tradisi Guti Nale di Lembata

Festival Guti Nale- Lembata (Foto; Facebook)
Festival Guti Nale- Lembata (Foto; Facebook)

Sejarah dan Latar Belakang

Berbeda dengan Pasola yang bersifat lebih kompetitif, Guti Nale di Lembata lebih berfokus pada ritual syukur dan perayaan komunitas. 

Festival Guti Nale, sebuah acara tahunan yang merayakan tradisi penangkapan cacing laut atau "nale", yang digelar pada 17-18 Februari 2025 di Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutung, Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Acara ini tidak hanya sebagai momen penangkapan cacing laut, tetapi juga sebagai upaya pelestarian budaya lokal yang telah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Mingar.

Tradisi "guti" (mengambil) dan "nale" (cacing) menjadi inti dari festival ini, yang diadakan setiap kali cacing laut muncul pada bulan Februari hingga Maret di sepanjang Pantai Pasir Putih.  Aktivitas utama dalam festival ini adalah penangkapan cacing oleh warga dan pengunjung, yang memberikan pengalaman langsung bagi mereka untuk mengenal lebih dekat budaya Lembata.

Pengambilan Nale di Lembata (Foto: Facebook)
Pengambilan Nale di Lembata (Foto: Facebook)

Masyarakat Desa Mingar di Kabupaten Lembata telah menjalankan tradisi ini selama berabad-abad sebagai bagian dari hubungan harmonis antara manusia dan alam. 

Tradisi ini lahir dari kepercayaan bahwa Nyale adalah anugerah dari lautan yang harus disyukuri dan dimanfaatkan dengan bijak.

Pelaksanaan Guti Nale

Festival Guti Nale - Lembata (Foto: Facebook)
Festival Guti Nale - Lembata (Foto: Facebook)

Pada malam tertentu, ketika bulan berada dalam fase tertentu, masyarakat berbondong-bondong menuju pantai untuk menangkap Nyale menggunakan tangan atau peralatan tradisional seperti jaring. Mereka percaya bahwa semakin banyak Nyale yang didapat, semakin makmur kehidupan mereka dalam setahun ke depan. 

Ritual ini tidak hanya dihadiri oleh warga setempat, tetapi juga menarik minat wisatawan dan peneliti yang ingin memahami lebih dalam tentang budaya lokal.

Makna dan Filosofi

Nale/Nyale/Cacing Laut (Foto: Facebook)
Nale/Nyale/Cacing Laut (Foto: Facebook)

Guti Nale bukan hanya sekadar perburuan cacing laut, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial antarwarga. 

Tradisi ini mencerminkan nilai gotong royong, kebersamaan, dan penghormatan terhadap alam sebagai sumber kehidupan. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk mengenalkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda agar tradisi tetap lestari di tengah perubahan zaman.

Selain penangkapan cacing, festival ini juga menyuguhkan berbagai kegiatan menarik lainnya, seperti pameran kuliner, di mana cacing yang ditangkap akan diolah menjadi hidangan khas oleh ibu-ibu rumah tangga setempat. Tak ketinggalan, pameran UMKM yang mempromosikan produk lokal, mulai dari kerajinan tangan hingga makanan khas.

Festival Guti Nale bukan hanya menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat, tetapi juga wisatawan dari luar daerah maupun mancanegara. Melalui acara ini, diharapkan sektor pariwisata desa Pasir Putih semakin berkembang, serta memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat.

Dengan keindahan Pantai Pasir Putih yang memukau, ditambah dengan kekayaan tradisi budaya, Festival Guti Nale menjadi contoh bagaimana pelestarian budaya bisa berjalan beriringan dengan perkembangan pariwisata dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.

Persamaan Pasola dan Guti Nale

  • Kedua tradisi berpusat pada kemunculan Nyale yang diyakini membawa keberuntungan.
  • Memiliki makna spiritual dan sosial yang kuat.
  • Dipandang sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan alam dan kesejahteraan masyarakat.

Perbedaan Pasola dan Guti Nale

Pasola berwujud permainan perang berkuda yang melibatkan fisik dan strategi, sedangkan Guti Nale adalah ritual penangkapan Nyale yang lebih bersifat kolektif dan seremonial.

Pasola lebih banyak diikuti oleh laki-laki, sementara Guti Nale melibatkan seluruh anggota masyarakat, termasuk perempuan dan anak-anak.

Mengolah Nyale Menjadi Hidangan Lezat

Sup Nyale (Foto: Facebook)
Sup Nyale (Foto: Facebook)

Selain memiliki nilai spiritual, Nyale juga dimanfaatkan sebagai bahan pangan dengan cita rasa khas. Beberapa cara tradisional dalam mengolah Nyale antara lain:

1. Nyale Panggang -- Cacing laut ini dibersihkan, kemudian dipanggang dengan bumbu sederhana seperti garam, bawang putih, dan perasan jeruk nipis.

2. Nyale Goreng Renyah -- Nyale digoreng hingga kering dengan tambahan tepung berbumbu, menghasilkan tekstur yang gurih dan renyah.

3. Pepes Nyale -- Nyale dibumbui dengan rempah-rempah khas, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus hingga matang.

4. Sup Nyale -- Nyale dimasak dalam kuah santan dengan tambahan sayuran lokal, menghasilkan hidangan berkuah yang kaya rasa.

Peran Tradisi dalam Kehidupan Modern

Di era modern, Pasola dan Guti Nale tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat lokal, tetapi juga telah berkembang menjadi daya tarik wisata budaya yang menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. 

Pemerintah daerah dan komunitas setempat berupaya melestarikan kedua tradisi ini dengan menyelenggarakan festival tahunan serta mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga warisan budaya.

Kesimpulan

Pasola dan Guti Nale adalah dua tradisi unik yang menunjukkan bagaimana manusia dapat hidup selaras dengan alam dan menjaga nilai-nilai leluhur. Kemunculan Nyale bukan sekadar fenomena alam, tetapi juga menjadi pemersatu komunitas dan simbol kesejahteraan. 

Dengan terus melestarikan dan memperkenalkan tradisi ini kepada dunia, Nusa Tenggara Timur dapat mempertahankan identitas budayanya yang kaya sekaligus memperkuat daya tariknya sebagai destinasi wisata budaya yang unik.*_@b_c022025

Sumber Referensi:

 1. https://www.indonesia.travel/id/en/destinations/bali-nusa-tenggara/sumba/pasola

2. https://www.sumbatourism.com/pasola-traditional-war-ritual/

3. https://www.nttprov.go.id/tradisi-guti-nale-di-lembata/

4. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/nyale-dan-tradisi-pangan-di-ntt

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun